Senin, 20 Februari 2012

#Masalah hati part 2


Memasuki relung hatiku.. kenapa harus hatiku? Karena dengan aku mengenal hatiku, kadang aku baru bisa menyimpulkan keadaan hati selanjutnya. *apasih?

Hatiku yang kadang bisa mewakili perasaan setiap kaum hawa, karena saya juga kaum hawa. Buat para blogger, hari ini aku mau ngebahas tema.. “Cinta dalam diam”..

Teringat sms dari salah satu sahabat dekatku:
“Jika kau belum siap melangkah dengan seseorang,Cukup cintai ia dalam diam..
Karena diammu adalah bukti cintamu padanya.
Dengan bgitulah kau memuliakan dirinya, karena kau tak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan tak merusak kesucian dan penjagaan hatinya. Dari diammu sungguh telah memuliakan dirinya dan dirimu juga akan terjaga..
 Sebagaimana Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abi thalib yang diam dalam cinta namun akhirnya mereka bersanding di pelaminan . Bersabarlah dalam diammu, karena tulang rusuk tak pernah tertukar. Percayalah  Love Is Beautiful”

Jadi apa itu cinta dalam diam? Perasaan cinta yang tetap ada dalam hati seorang insan, tapi direalisasikan dengan diamnya, agar tidak merusak kesucian dan penjagaan hati dari orang yang ia cintai, karena begitulah cara ia memuliakannya dan mencintainya. Seandainya bisa sekuat Fatimah menahan rasa cinta yang sudah lama bersemi, dan yang harus digaris bawahi adalah HANYA ALLAH YANG TAHU..

Disaat rasanya ingin sekali rasa itu tersampaikan, pastinya ada penyampaian dari lisan agar hati merasa tenang. Terkadang kita masih merasa belum puas menyerahkan semuanya pada Allah, tetap menangis padanya dan lebih tenang dengan menceritakan ke sesama manusia. Dan tak jarang akhirnya saling mengetahui perasaan satu sama lain karena mulut tak bisa terkunci.

Padahal jika kita merasa cukup mengadu padaNya, dan belajar untuk kembali menguasai diri, Allah pasti akan kembali membukakan jalan yang terbaik untukmu. Seperti diri saya sendiri yang kadang belum puas dengan tangisan disetiap sujud. Jika tidak melalui tulisan, mungkin kadang melalui lisan harus saya sampaikan agar dada tidak terasa semakin sesak.

Saya belum lihat dari sisi psikologisnya sih, bagaimana akibat kalau kita menahan rasa yang dalam hingga tak ada seorangpun yang tau kecuali Allah. Tapi intinya Al-qur’an selalu memberikan solusinya teman-teman. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allalh hati menjadi tentaram (QS 13:28), Jadi solusinya memang benar cukup diam dan terus mengingat Allah agar hati kita tentram. Sekarang tinggal kita yakin nggak akan semua itu?? If you believe. Do that way..^^  

Sedikit kata-kata Melankolis, yang bisa jadi hal ini pernah anda rasakan:
Normalkah aku? Jika saat ini, aku masih mengharapkan seorang hamba menjadi pendampingku. Bahkan tak jarang pula anganku terbang dengan sayap asa untuk bersanding dengannya. Sering kali kutepis itu semua dengan kapasitas yang belum pantas menggapainya. Aku tahu ia juga ciptaan Allah, yang selalu memiliki titik kelamahan, tapi semakin hari nampaknya Allah menyempurnakannya di mataku. Enggan ku mendengar orang lain yang datang lebih dahulu menawarkan perahunya, karena aku menginginkan dirinya. Aku berharap yang datang ke rumah adalah orang yang pertama dan terakhir yang pernah datang untuk memintaku, karena nantinya aku berkewajiban untuk mencintainya. Tapi sulit bagiku menghapus rasa yang terlanjur dalam ini. Setiap hari, selalu ku coba untuk menghancurkan tebalnya dinding harapan bersamany. Tapi rasanya paluku hanya karet yang memantul kembali setiap aku berusaha memukulnya. Semakin kuat ku memukul, smakin kuat reaksi kembalinya. Tiap do’a yang kupanjatkan pada Sang Maha Cinta adalah agar Ia memperkenankan rasa ini hilang jika ia bukan jodohku. Aku bingung harus memulai semuanya dari mana? Bantu aku ya Allah, Beri ia kesempatan untuk membuat hati ini sakit agar dinding kebal ini bisa runtuh dengan sendirinya. Meredamkan semua kembangan asa. Agar aku bisa kembali kepadaMu, tanpa ada noda. Karena sekali lagi, aku tak ingin merasa kehilangan…


Terkadang mungkin kita akan memilih disakiti lebih awal dari pada sakit hati saat rasa terlanjur dalam. Memang itulah, mungkin bagi orang yang tak pernah merasakan cinta, salah satu alasan terbesarnya adalah merasa TAKUT TERSAKITI. Padahal, terkadang dengan pengalaman sakit hati, kita bisa lebih berpengalaman dalam memutuskan suatu hal dalam diri. Tapi mungkin kasusnya berbeda dengan kalimat bercetak miring diatas. “Bantu aku ya Allah, Beri ia kesempatan untuk membuat hati ini sakit agar dinding kebal ini bisa runtuh dengan sendirinya. Meredamkan semua kembangan asa. Agar aku bisa kembali kepadaMu, tanpa ada noda”. Mungkin bisa disimpulkan, menurut dia bahwa dengan disakiti terlebih dahulu, rasa itu akan mulai mereda. Mungkin rasa itu sudah ditahap hingga terkadang merusak kekhusyukan sholat atau bisa jadi agak menodai setiap niat yang harusnya karena Allah? Wallahu’alam bisowab.


Tapi perlu saya katakana, bahwa tahap ini sangat wajar. Jangan sampai kau menutupi diri, hingga akhirnya mengelakkan tahap ini. Maka yaitu dia teman-teman, buat semua teman-teman yang sedang merasakan kegalauan. Mulai sekarang sibukkan dri kalian dengan hal-hal yang bermanfaat, hingga tak ada waktu kosong yang menjadi celah syaitan membisiki kpd hati untuk bersikap melankolis. Walau nyatanya pasti setiap orang merasakan hal itu. Tapi cukup berdoa dan yakinlah pada Allah dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Karena sekali lagi, tulang rusuk tak pernah tertukar..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar