Minggu, 12 Februari 2012

Tokoh Utama

Punggungku berat menanggung beban yang entah dari mana menetap diatasnya. menjalani 3 ranah dengan perbedaan ketetapan. komitmen selalu dipertanyakan. Terngiang akan panggilan siaga dari tiap ranah yang sering sumbang karena bersamaan. Terkadang kita harus memilih dengan bebagai pertimbangan. Pilihan selalu ada ditangan insan yang menjalaninya. Tapi apakah selama ini, kita yang menghendaki keadaan atau keadaan yang membentuk kita untuk memilih? Tak jarang pula, akhirnya zona nyaman yang kita ambil.

Kembali ke hakikat dakwah pada zaman Rasulullah. Al-qur'an bahkan diturunkan berangsur-angsur untuk membentuk pribadi muslim yang kuat. Surat-surat Makiyah terlebih dahulu turun untuk meneguhkan keimanan barulah surat madaniyah diturunkan untuk menegakkan syariat. Betapa taat dan kuatnya sahabat-sahabat di zaman dahulu memegang komitmen muslim sejati.

Secelup kisah dari kami yang sedang terombang ambing dalam sebuah kontraversi. orang-orang di atas yang sedang merancang skenario cantik yang membuahkan ketidak nyamanan. Padahal semua hasilnya telah jelas, mengapa harus di pertanyakan kembali?

Detik dan detik berlalu, sebuah proses terus berjalan menuju kedewasaan. keterpedulian akan sebuah komitmen membawa kepada keputusan yang harusnya menjadi persetujuan bersama, tapi enyah karena sebagian sikap yang acuh tak acuh. Lelah bukan sebuah alasan untuk seorang pejuang kebenaran. Tapi terkadang semua merasa bukan perannya hingga tak ada yang mau menjadi Tokoh Utama. Akhirnya lahirlah sebuah ketidakpedulian yag merajai. Tidak pernah ingin memulai bahkan untuk sedikit bersimpati. Solusi yang dibutuhkan tak pernah menjadi hasil.

Dan kini, ketika semuanya tak bisa lagi dipilih. Menjalani tugas atas kehendakNya dan selalu pasrah dalam melangkah. Harusnya ada keikhlasan dan kesabaran yang menyertainya, tapi semua menguap seketika saat tuntutan datang dari ketiga ranah yang ingin diprioritaskan. Keadaan dibuat semakin pelik hingga kita sulit bernafas dlm menghembuskan setiap keputusan.

Satu tahun, sudah cukup menjadi pelajaran bagiku. Idealisme yang menjadi angan untuk menyatukan keduanya. Tapi ternyata selama ini menjadi persoalan yang meradangi berjalannya denyut dakwah ini. Tapi memilih kadang bukan menjadi solusi, karena keduanya membutuhkan perhatian dan pemikiran besar dalam melaksanakannya. Mungkin pembagian potongan puzzle adalah jalan terbaik untuk menuju satu gambar yang indah dari gabungannya.

Kadang jenuh, kadang ragu, tergugu akan keadaan yang melaju. Karena kita bukan gambar yang bisa di copy-paste. Kita bukan robot yang bisa diperintah seenaknya. Apalagi budak yang siap diperintah majikannya.

Menjalaninya dan tetap menjalaninya. Persoalan sebenernya keluar dari setiap emosi individu. Perasaan yang kalut akan amanah yang sebenarnya belum jadi bebannya. Prioritaskan apa yang memang harus diprioritaskan. Dan memulai semuanya dari akhir yang hendak kita tuju. Hendak kemana daratan yang menjadi sebuah tujuan perjalanan ini.

Jangan pernah berhenti berangan untuk suatu hal yang baik, kemudian memulai proses pencapaiannya dari sekarang. Inilah perjuangan yang tak akan pernah menjanjikan keuntungan pada aktor-aktornya. Hanya karena Indahnya keabadian syurga yang menjadi obor yang membara dalam hati.

Teruslah berjuang kawan, sampai dakwah ini terasa bukan hanya pada kita tapi tiap diri para insan. Walau terkadang ketetapan itu pahit, keputusan itu pahit. Bukan keluar dari masalah solusinya, karena memang jalan ini tidak pernah menjanjikan sebuah kepastian. Semua adalah cita-cita yang ingin kita capai bersama. Hanya terkadang waktu yang membedakan tentang kesiapan. Tapi karena bersama kita bisa menjalaninya. Karena memang keputusan itu selalu memikirkan berbagai aspek yang tak jarang kita tak sependapat. Teruslah menjadi Tokoh Utama dari tahapan menjalani keputusan itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar