Jumat, 16 November 2012

Indonesia Leadership Camp 2012-#PemimpinMuda

       9-12 November 2012, ILC diadakan kembali di UI untuk angkatan ke 3, Saya bersama 5 delegasi UIN lainya hadir disana, awalnya hanya berbekal pengalaman di BEM FKIK yang hanya seputar melaksanakan program kerja, namun banyak tamparan yang saya dapatkan ketika bisa berada disana. Berawal dari berkumpul di Balai Sidang Universitas Indonesia, tempat dimana biasanya diberikan penghargaan untuk para doktor lulusan UI, kami melewati pembukaan yang disambut hangat oleh ketua pelaksana dan perwakilan dari pihak UI. Bangga rasanya bisa berada pada momen yang luar biasa tersebut, tak terbayangkan dapat bertemu banyak mahasiswa dari berbagai universitas dan daerah, dari sabang sampai merauke. Awalnya semua mahasiswa masih duduk berdekatan dengan almamater senadanya, namun begitulah nikmatnya ukhuwah dapat mengubah kelam menjadi pelangi NUSANTARA.

Delegasi UIN Jakarta: Dono, yusna, herisma, hajiah, annisa, iqbal

       Awalnya saya pikir, panitia ILC ini adalah alumni UI, hingga sempat mengira bahwa LO saya adalah angkatan 2004, ternyata? Dia seumuran dengan saya, dan senangnya lagi kami sama-sama concern di bidang kesehatan, namanya Ghina Sonia, Ilmu Keperawatan UI 2010. Ghina seperti sahabat lama saya, begitu bertemu kita langsung dekat, mungkin karena banyak kesamaan hal yang bisa kita diskusikan. Back to topic, dihari pertama, sejujurnya panitia mengajarkan hal yang jelek, karena acara mampu mengulur waktu maghrib kita, hingga kita maghrib jam 18.30. Tapi materi pertama itu cukup membuat semuanya termaklumi, ada Bu Tri Mumpuni, Seorang Tokoh Perubahan yang tercatat di Republika. Banyak hal yang ibu sadarkan pada kami, barisan pemuda, dengan penyampaian yang bersahabat dan caranya menyajikan materi dengan selipan lagu yang membuat kita semangat mendengarkan.
Anis, yusna dan LO saya yang cantik nan Sholehah Ghina Sonia.. ^^

       Terimakasih Bu Tri, beliau menyadarkan kepada kita bahwa jika kita memiliki hati yang bersih, maka perubahan dapat kita ciptakan. Karena kita berada di masa dominasi investor, dimana semua itu tidak berimbang dengan rakyat, kesejahteraan hanya dapat dirasakan oleh pihak pemerintah dan industri, sehingga terlihat pola Top Down "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin". Hanya Pemimpin yang tahu persis apa yang dimaui rakyatnya yang dapat menjadi jembatan pensejahteraan seluruh rakyat Indonesia, karena sebenernya pemimpin itu bekerja dengan rakyat. Fenomenal Tambang di Belitong yang dinilai menjadi pulau terkaya, tapi apa buktinya? mereka hanya menjadi kuli belaka. Karena seorang pemimpin itu dapat menghubungkan masyarakat lokal dengan sumber dayanya dan mampu membuat rakyatnya percaya akan kepemimpinannya. Ibu Tri juga mengingatkan kita akan perkatan John Kennedy "Jangan pernah mengatakan apa yang telah diberikan negara untuk kita, tapi katakanlah apa yang bisa kita lakukan untuk negara kita Indonesia??" Ibu Tri disana tak sendiri, beliau ditemani oleh Pak Taufik Bahaudin yang dengan tegas mengatakan pada kita "Leadership itu tidak bergantung pada jenjang pendidikan, anak siapa, dan lain-lain. Kalian jangan terlalu yakin, karena setelah ikutan ILC ini bukan berarti kalian menjadi leader, tapi kalian hanya menjadi sedikit tahu tentang leader. Leader itu ditentukan dengan mindsetnya/cara berpikirnya yang akhirnya akan menentukan apa yang akan ia lakukan"

     Malam itu ditutup dengan kreativitas tiap kelompok dalam memperkenalkan anggota kelompoknya, banyak hal unik yang kuingat, ada yang menggunakan cara visual dengan membuat drama agar mudah mengenal personil kelompoknya, namun waktu 5 menit tidak cukup membuat mereka hafal nama satu sama lain, hingga menjadi seakan cerita yang lucu, ada seseorang yang berperan menjadi stasiun, pada sesi kedua namanya disebut sebagai pencuri, tapi peran stasiun pastinya tidak bisa membuatnya berganti peran, dia hanya bisa tertawa dan pelan-pelan berkata "mas salah manggil" dan ternyata banyak salah manggil lainya, ada juga yang menggunakan nyanyian, guyonan dan sebagainya, sehingga banyak cara baru yang saya dapat dalam membuat suatu acara lebih menarik dengan penampilan instan yang lucu. 

      Hari kedua diisi oleh Pak Taufik Bahauni kembali, beliau menjelaskan dan menekankan tentang Integritas dan Kontribusi Pemuda Menuju Kemandirian Bangsa. Masih saya ingat, hari itu tangal 10 November bertepatan dengan Hari Pahlawan, karena ada sms jarkoman dari Kominfo untuk mengheningkan cipta jam 8.15 ada sedikit permasalahan antara peserta dan pak taufik disana, Pak Taufik memang unik, beliau berbicara dengan gaya frontalnya dan selalu mendasari dengan akalnya, sehingga terkadang semua hal yang tak masuk akal membuat dia harus berani bersikap, ia menunjukkan sikap agak kerasnya pada kami dan akhirnya kami mengheningkan cipta lebih awal, di jam 8. Tak apalah bagi saya, waktu mungkin berimbas hanya pada kepatuhan kita pada pemimpin tapi jauh lebih penting persatuan di tempat kita berada, kalaulah tidak memungkinkan untuk jam 8.15 kenapa harus dipaksakan, substansinya kan lebih di mengheningkan ciptanya. Beliau menjelaskan lebih bagaimana sikap seorang leader itu, dari cara berpakaian, berkualitas, ketika mendapat amanah dan cara berbicaranya. Pak Taufik lebih menyadarkan kita tentang urgensi sebuah nilai, apapun yang kita lakukan seluruhnya harus memiliki nilai, karena itu nilai itu yang akan dibangun oleh SQ dan akan membentuk sebuah character. "Values watch your character, for it becomes your destiny". Values system itu sangat penting dalam kehidupan kita dan menjadi sebuah hal yang biasa kita lakukan. Karena itu Change your values, you'll change your self. Leader itu adalah seseorang yang mampu membius anggotanya untuk percaya dan respect kepada pemimpinya, ketika ada banyak hal yang menjadi pertimbangan forum dan tak berujung pada penyelesaian, disitulah tugas sang leader dalam mengambil keputusan, dan cara dan nilainya dalam menentukan keputusan itulah yang menentukan apakah ia seorang leader atau bukan. 

       Kemudian dilanjut dengan Seminar Nasional "Tantangan Kemandirian Indonesia dalam bidang sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan dan energi". kesan pertama saya adalah, sayang sekali tidak ada bidang kesehatan. Dua pembicara yang luar biasa yang memberikan gambaran banyaknya permasalahan di Indonesia, dan menyimpulkan bahwa seorang pemimpin itu harus terdidik dan memiliki pencerahan hati hingga berada jauh dari kekangan korupsi dan hal lain yang menggiurkan yang mampu menjual idealismenya hanya karena kepentingan diri pribadi mampu mengalahkan. Kita harus TOTALITAS dan berhenti berfikir banyak tentang harapan, seperti kata Nabi Yusuf: perang terbesar adalah melawan hawa nafsu kita. 

       Sore hari dilanjut dengan diksusi yang dipimpin oleh tiap fasilitator, forum diskusi ini dibagi 3 bagian, ekonomi politik, sosial lingkungan dan satu lagi saya lupa. Diskusi ini harus berakhir dengan sebuat komitmen atau pernyataan sikap dari setiap forumnya. Saya saat itu masuk dalam kelas ekonomi politik, awalnya bingung juga, anak kesehatan berbicara tentang ekonomi dan politik. Tapi karena adanya diskusi itulah saya menjadi sadar dan terketuk pintu hatinya, bahwa dunia ini tidak sesempit hal kesehatan saja namun banyak hal lebih dari itu, banyak permasalahan seperti birokrasi yang sulit, kebijakan publik yang tidak berpihak kepada rakyat, hingga media yang tidak mendukung kemandrian bangsa, disana kita mendiskusikan dan menyimpukan sebuah deklarasi yang menjadi action plan, yaitu 1. Sosial proyek, 2. konsumsi dalam negri, 3. makan komoditas lokal, 4. optimalisasi media, 5, mendorong kewirausahaan dianak muda. Dan banyak deklarasi yang juga disampaikan oleh kelompok lainya. 

      Malam hari ditutup dengan kenduri kebangsaan, hal yang paling ditnggu-tunggu, para peserta hadir menggunakan baju daerah dan menunjukan ciri khas kebangsaanya. Bangganya menjadi bangsa Indonesia yang memiliki banyak budaya. Diselingi dengan diskusi ringan dengan Bu Henri Sapari (Tokoh perempuan ekonomi yang selalu dibanggakan ayah saya), rasanya senang bisa mendengar dan melihat beliau langsung di depan mata, menceritakan banyak hal tentang pengalamannya semenjak menjadi mahasiswa.

       Hari ketiga, diisi oleh outbond yang luar biasa. Bersama kelompok Bareskim yang sering menang dan kompak dalam menyelesaikan berbagai permainan, hingga saat membuat kapal dari bambu dan tangki kami menjadi kelompok yang paling awal mengarungi sungai UI itu. walau sungainya penuh dengan sampah, tapi kita seakan tak memedulikan semuanya, yang terpenting kekompakan dan segera bisa melewati sungai itu. Beragam games yang memberikan banyak nilai dan unik juga kita lewati. Siangnya giliran seminar tentang enterpreunership yang diisi oleh Bapak Ahmad Juwaini dari dompet dhuafa, Kak Nadia dari wangsa jelita Saib dan Kak Prasetyo dari PT RUMA. Banyak hal baru yang mereka salurkan pada kami, tentang pengalaman dan jiwa sosial yang mereka berikan. Yang paling menarik tentunya bagian kak Nadia Saib, karena persamaan profesi yang kita geluti. Beliau membuat produk Wangsa Jelita yang cukup unik dengan ide sederhananya, membuat sabun dari bahan natural. awalnya berniat menjadi enterpreuner tapi mengalihkan tujuan menjadi sosialenterpreuner, katanya bedanya charity dengan sospreu adalah jika charity kita memberikan uang 1000 lalu selesai, kalau sospreu kita berikan uang 1000 bisa mereka gunakan untuk menghasilkan 2000, 3000 dan selanjutnya, dan atas niat bermanfaat bagi orang lain yang selalu mendorongnya memajukan wangsa jelita. Sabun yang sudah menjadi trend di bandung. Dan Kak Nadia menyatakan bahwa tidak semua orang harus menjadi seorang enterpreuner, kerjakanlah apa yang kita mau dan bertanggung jawablah dengan apa yang kita kerjakan itu lebih baik. 



       Hari itu dimulai dengan presentasi sosial project dan sosial enterpreuner dari mahasiswa terpilih yang nantinya akan diberikan dana oleh panitia untuk dapat merealisasikannya. Disana, banyak hal baru dan cambukan terbesar buat diri ini, karena baru sadarnya saya bahwa saya bertemu langsung dengan orang-orang hebat yang telah melakukan banyak hal nyata di daerah mereka berada. Dimana kita di ibu kota hanya bisa turun ke jalan dan menyuarakan aspirasi rakyat, disisi lain mereka sudah melakukan berbagai hal mengupayakan solusi dari permasalahan tersebut. Ada banyak orang disana yang hadir sebagai seseorang yang memiliki banyak komunitas di daerahnya, komunitas pengusaha, komunitas peduli lingkungan dan banyak hal yang sudah mereka lakukan. Itulah hebatnya para pemuda, tak pernah diam dan terus bergerak untuk membuat suatu perubahan. 

see this video: http://www.youtube.com/watch?v=Q4v-2NK9R2U


      Hari itu ditutup dengan talkshow dari guru besar yang menorehkan banyak nilai pada kami, seorang mahasiswa yang terkadang sulit mendahulukan akal dari apa yang kami lakukan. Memulai dengan memaki kita dengan sebutan, Mahasiswa itu To Much talk and no action!! Tingkat kemampuan bahasanya jelek, sehingga semakin gag jelas bicaranya, karunia Tuhan sering gag di pakek, melakukan banyak program tahunan tapi gag penah make otak, cara berfikirnya rusak, memuja trainer-trainer yang menguasai teknik manupulatif communication, Nasionalisme yang dipertahankan adalah nasionalisme model Bonek, anarkisme yang dipertahankan. Tapi beliau mengimbangi dengan memberitahukan caranya, semua itu harusnya menjadi suatu hal yang semakin kita sadari, bahwa dialog itu tidak akan berhasil tanpa contoh yang nyata. Maka jika kita ingin melakukan suatu perubahan, ubahlah terlebih dahulu diri kita, pantaskan diri kita untuk dapat berbicara disana, diimbangi dengan kompeten dibidang ilmu masing-masing dari kita. Karena klo hal kecil dalam diri kita saja tidak bers, bagaimana mau ngomong negara. Jangan terlalu mengasihani diri sendiri atau akan kita dapatkan sebuah pengabaiak waktu, penundaan, pengabaiaan hal-hal kecil dan akhirnya tidak ada concern for quality. Sebuah tamparan yang sangat membangun, dibuktikan dengan sedikitnya peserta yang mengabaikan setiap perkataanya. Itulah contoh leader yang digambarkan oleh pembicara-pembicara sebelumnya gumam saya dalam hati.

       Dan malam itu mungkin menjadi malam terakhir buat kami, karena besok setelah kami melakukan kunjungan ke gedung DPR, kami akan kembali ke kehidupan nyata kami. Malam yang cukup indah karena malam itu juga, kami mendeklarasikan nama angkatan kami, yaitu #GERAKANMUDAMEMABANGUN. keesokan harinya kita melakukan kunjungan ke gedung DPR, dan disambut dengan hangat oleh Pak Mahfudz Shiddiq dari komisi 1 DPR. Sebenernya ini menjadi kali ke 3 aku duduk di kursi DPR, tapi hari itu menjadi hari yang luar biasa, karena aku berada diantara calon-calon pemimpin pula, hingga diskusi semakin menajam dan kritis, tapi memang kesimpulan dari diskusi itu adalah kita yang terlalu sering menjugde anggota DPR yang sering tidur lah, dan tidak menyuarakan aspirasi rakyat, namun kita harus menyadari posisi itu juga sulit, banyak hal yang harus dipertimbangkan disana, kuat mental dan harus terus idealis agar dapat bersikap jujur dan selalu memilki pencerahan hati, hingga tidak mudah tergiur oleh kenikmatan yang dijanjikan, uniknya peserta ada yang berniat mengusulkan DPR tidak menggunakan AC, karena akan membuat ruang DPR nyaman untuk tidur, haha.. usulan yang baik. Disana kami sukses mengabadikan peserta ILC seluruhnya di tangga yang menampakkan gedung kura-kura itu. Dan acara itu berakhir di adutorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dengan berbagai pernghargaan untuk para peserta yang berhasil dalam essay, sosial proyek dan sosial enterpreuner nya, semoga walau sebagian besar dari kita itdak berhasil mendapatkan hadiah yang luar biasa itu, tapi dengan niat yang besar untuk mengubah bangsa, semoga mampu membuat gerakan untuk terus mewujudkan proyek-proyek yang telah kami canangkan, amin...




ILC 2012-Global Leaders, Indonesian Colours!!!
Pemimpin Muda-Yes We are!!!!