Jumat, 02 Agustus 2013

#masalah hati part 7




Kata orang wanita selalu butuh kepastian, sedangkan aku pernah merasa tidak membutuhkan suatu kepastian itu. Sepenggal dari masa lalu hatiku, ingin aku ceritakan sedikit saja. Jatuh cinta merupakan hal yang sangat normal yang dirasakan oleh setiap wanita, termasuk juga aku. Setelah acara besar di pondok yang melibatkan santri ikhwan dan akhwat semua itu berawal. Kinerja menuntut interaksi yang intensif, sehingga aku bisa mulai mencair dan tanpa sadar semuanya mengalir. Rasa dekat dan saling memiliki, aku tak membutuhkan status dan apapun itu, karena saat itu menurutku sudah cukup dari nyaman. Sosok diseberang sana justru yang sering menuntut apa status kita atau hal lain yang sering aku abaikan. Alhamdulillah aku termasuk orang yang sangat gengsi, jadi walau kita dekat tapi aku tak pernah menyampaikan apa sebenrnya yang kurasakan, dan mungkin itu salah satu yang membuat ia geram dan khawatir.
Setiap langkah menjalani masa-masa itu, aku terus berfikir dan berfikir. Aku masih memiliki banyak filter yang membuat dan mencoba menciptakan atmosfer pertemanan saja. Puncak dari kisah ini adalah, dia yang akhirnya menuntut sebuah kepastian tentang perasaanku. Disaat yang sama, aku mulai jenuh juga dengan seluruh interaksi itu. Yah, aku pernah merasakan indahnya diperhatikan, senangnya selalu memiliki teman cerita, perasaan sangat butuh pulsa banyak untuk membalas sms, memberikan suatu hal yang special, dan lain-lain. Tapi selalu ada satu hal yang kuat dari relung jiwaku yang membatasi setiap masa itu, yaitu bahwa Aku tidak ingin merasakan DISAKITI, sehingga aku selalu mencoba membuat semuanya berjalan normal selayaknya teman biasa. Satu hal yang membuatku tegar adalah, aku meyakini bahwa “jangan pernah memberikan tempat pada hati kita, ketika orang lain menawarkan suatu hal yang belum pasti menjadi bagian dari masa depan kita”.
Sehingga ketika puncaknya dia menuntut sebuah status karena jarak tempat studi juga harus memisahkan kita *walaupun jujur kita tidak pernah bertemu fisik langsung, hanya saling bertemu saat reuni atau acara angkatan, Aku memilih untuk menghentikan semuanya, semua masa indah itu. Aku tidak mau menjanjikan bahwa suatu saat aku akan menunggunya, aku tidak bisa memastikan bagaimana perasaanku sebenarnya, dan aku meminta kita berdua untuk saling menghapus kontak dan berhenti berkomunikasi bila itu merupakan suatu hal yang tidak penting.
Awalnya aku berfikir, itu hal wajar dan harus dilakukan, dan aku siap dengan semuanya. Namun, ternyata aku akhirnya merasakan sakit hati juga. Ditengah semua hal indah itu hilang, aku seakan harus kembali menata hatiku dari awal, semuanya. Tapi sisi kolerisku membantu banyak untuk menghilangkan rasa sakitnya, aku disibukkan dengan banyak hal di kampus dan semakin lama rasa itu semakin runtuh dan hilang juga
Dan hikmahnya, diakhir sebelum berpisah aku pernah mengatakan “Sekarang mungkin saatnya kita saling menjaga diri dan menata hati, memperbaiki diri dan bila waktunya nanti kita memang jodoh, pasti akan Allah pertemukan lagi”, dan ternyata setelah 1 tahun aku tak pernah memikirnya, ada kabar dari sahabatku didaerah yang sama, bahwa dia kembali dekat dengan seorang akhwat dan akhwat itu merupakan salah satu temanku juga, awalnya sedikit terpukul, tapi akhirnya aku bersyukur pada Allah, karena aku akhirnya memutuskan semuanya sebelum hal yang lebih menyakitkan terjadi.
Poin penting dari kisah diatas adalah jangan pernah menjanjikan hal yang tak bisa kau lakukan, dan jangan pula percaya pada janji yang kamu yakin itu tidak bisa ditepati. Didunia cinta, tidak ada kata menanti dan menunggu, tapi yang ada adalah memperjuangkan atau mempersilahkan. Aku bersyukur karena dari jauh hari sudah kutepis harapan semu yang pernah muncul itu, sehingga semoga semuanya menjadi masa lalu yang bisa menjadi pelajaran. Aku tetap mendoakanya semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya. Disaat tersulit itu, kunci pamungkasnya adalah bagaimana kita selalu menata hati, apalagi khusus kaum wanita yang mudah tersentuh dan sangat renta bila dipuja, bagaimana kita membuat hati kita seakan boneka plastik yang bila dibasahi oleh rayuan gombal atau janji-janji semu, semuanya tetap tidak merusakmu, karena nodanya sangat mudah hilang ketika di usap oleh kain, dan kau tetap bisa membuatnya normal kembali.
  
sumber: "aku" disini tidak ingin disebut namanya :)