Senin, 26 Desember 2011

Kecewa

Kecewa mungkin selalu ada dalam benak kita manusia. Pasti semua orang pernah merasakannya. Dimana saat kita sedang berangan-angan lebih, aau berharap suatu keajaiban terjadi, tapi semuanya tak kunjung muncul, atau bahkan kita sudah yakin bahwa hal itu pasti terjadi, ternyata semua itu pupus dengan kenyataan pahit yang harus kita telan sendiri.

ketika kita mengharapkan nilai yang bagus dari usaha yang luar biasa, tetapi disaat yang sama Allah memberikan hal yang berbeda dari keinginan kita. kadang kita merasa kecewa yang sangat, putus asa, menyalahi takdir, bahkan jadi meragukan kekuasaan Allah.. Naudzubillah..

Ketika semangat itu sedang muncul. dalam 1 bulan bisa membuat 2 cerpen berbeda dengan kata-kata yang sudah dipilih-pilih, hasil didikan Forum pembelajaran selama 1 bulan. Dengan angan-angan akan dimuat dan diterbitkan disalah satu buku yang akan memuat karya tulis dari forum belajar menulis, akhirnya semangat menggebu-gebu lahir dan memberi semangat membuat tulisan, walau ditengah ujian yang menumpuk. tapi harapan besar itu pupus juga seberjalannya waktu. karya yang dimuat justru yang menggunakan halaman sedikit. kadang ada rasa kesalku, ingin berkata: kenapa tidak dari awal saja syarat itu sudah keluar? mengapa harus karyaku yang menjadi korban? mengapa harus aku yang merasakan kegagalan ini? mengapa mereka tidak mengerti perjuanganku saat membuat karya itu?

kadang aku jadi orang yang berbeda saat memikirkan soal KEGAGALAN. Mungkin Allah selalu memberi alur hidup yang lurus untukku, hingga saat aku diuji, kadang batinku belum siap dan bahkan tidak terima dengan ujian ini. contoh kasusku diatas, semua itu cukup membuat aku berhenti berangan menjadi PENULIS TERKENAL. padahal sudah kutanamkan azamku untuk menjadi orang hebat yang namanya bisa abadi, seperti judul blog ini "TAHAPA KEABADIAN". Aku ingin abadi lewat karyaku. aku ingin sekali saja semua keyakinanku ini terbukti dalam hidupku. Tidak selalu pupus ditengah jalan, saat aku mulai mencoba.

Aku bingung, jalur apa yang harus kuambil, hingga tidak ada satupun orang yang mengahargai karyaku. Apakah sungguh tidak berartinya karyaku, hingga semuanya selalu menolak. inilah aku dengan semua kekecewaanku. aku selalu benci melihat kenyataan. aku takut, bahkan selalu ingin melupakan tanggal hasil penilaian tiap karyaku. karena aku takut kecewa lagi..

Tapi kawan, semua itulah yang selama ini membuat aku kalah sebelum berperang. Untuk apa menangis diatas kebahagiaan orang lain. Untuk apa menangis dan tidak menerima kenyataan yang indah ini. Mengapa aku berkata indah? karena kita tidak tahu semua hal yang tejadi dibalik orang sukses itu. Temanku yang baru aku kenal beberapa hari ini, sudah 5 kali cerpennya diterbitkan di republika setelah ia mengirimkan 20 kali karyanya. bahkan seorang Pipiet Senja tidak akan terkenal dan diterima karyanya, klo penerbit tidak mengetahui keadaanya saat itu, keadaan yang harus bertahan menahan penyakitnya. Ilmuwan-ilmuwan dunia pun telah membuktikan bahwa mereka melewati kegagalan yang bertubi-tubi dahulu sebelum meraih kesuksesan. 


Karena kawan, tanpa kita sadari Antr orang gagal dan orang sukses terdapat satu prbedaan, yaitu usahany dalam mencoba. jadi kesimpulannya, buat apa aku harus terlarut-larut dalam kekecewaan? toh aku baru membuat 3 cerpen, aku memang belum sehebat mereka yang karyanya bisa diterima orang banyak. Bahkan aku sekarang yakin, Allah punya rencana lebih indah lewat kegagalan ini, tinggal yakin dan terus berusaha. disetap kejadian pasti ada hikmahnya.


Jika Graham Bell yang TULI bisa memberi kemanfaatan besar untuk orang lain dengan menemukan telepon yang sama sekali tidak berguna bagi dirinya sendiri, bagaimana dengan kita saat ini? apa yang bisa kita lakukan untuk banyak orang di luar sana, yang selalu menunggu kreativitas dan inofatif kita dalam mengubah bangsa Indionesia. Masalah jangan slalu dianggap negatif, karena dengan masalah potensi kita brkembang, otak kita bkrja dan kapasitas kita dlm perencanaan n strategi meningkat.

Salam Perjuangan menuju Keabadian!!
Yusna Fadliyyah Apriyanti
ingatlah,pelaut yang mahir tdk dlahirkan dr laut yg tenang tp dlhrkan di tgah badai yg bergejolak.

Sabtu, 24 Desember 2011

My journer in Pharmacy part 5

Memasuki akhir Semester 3..

Di semester 3 ini kita memulai kehidupan sebagai orang farmasi sungguhan, dari Matkul saja : Farmakognosi, Farmakologi, Imunologi, Teknologi Sediaan Setengah padat, Farmasi fisik, Kimia Organik 2, Toksikologi, Praktikum Farset dan banyak lagi, bisa dilihat bagaimana teori-teori farmasi berkumpul di semester ini.

Semuanya memberikan pengalaman-pengalaman berharga. Ilmu-ilmu yang nggak sekedar tahu, tapi kita harus memahami dan mempresentasikannya. dari imunologi yang harus presentasi keterkaitan antibodi dalam penyakit lupus, dll. sampai TSSP yang mempresentasikan macam-macam excipient pada obat.

kepenjurusan matkul juga membawa dampak ke'galauan' buat saya (aku yang biasanya, diganti saya) pribadi. karena kita harus menguasai semua teori, yang nanti kedepannya muncul banyak pilihan, mau jadi seorang farmasis, apoteker, kerja di industri sebagai yang memformulasi obat, di laboratorium dengan penilitian bahan alam, atau yang lainnya.

Semua pilihan itu berkorelasi dengan matkul yang kita pelajari di semester ini. Dari farmakognosi yang mempelajari simplisia-simplisia yang berasal dari bahan alam contohnya tumbuhan, hewan atau mineral lainnya. di praktikumnya kami harus mengamati beberapa simplisia secara organoleptis dan mikroskopik. Dimana saat ujian, kami harus menebak kandngan dari serbuk yang sudah dicampur dari 5 jenis simplisia...bisa dibayangkan pusingnya.. apalagi kalau mikroskopik, hampir semuanya mirip.

Kemudian Praktikum Farmaseutik, (klo di kampus lain namanya preskripsi atau apa gt), nah di praktikum ini kami mempelajari bagaimana membuat obat puyer, bedak, sirup, emulsi, suspensi, salep, pasta, dan saturasi,, dengan sebelumnya menghitung dosis dan penimbangan dalam jurnal. Mengerjakan jurnal Praktikum Farmaseutik  sangan membutuhkan waktu lama, jadi bisa dibilang waktu begadang kami adalah saat besoknya ada praktikum Farmaseutik.

Selanjutnya Praktikum Farmasi fisik, di praktikum ini kita mempelajari bagaimana membuat sediaan tadi tetap stabil dalam penyimpanannya, dilihat dari faktor kelarutan, mikromeritiknya, tegangan permukaan, reologi dan viskositas, sampai kinetika yaitu menghitung kadaluarsa dari obat tersebut. disini kami menemukan banyak alat baru dan teknik penelitian dengan hasil berupa kurva dan hitungannya.

Praktikum kimia organik, yaitu praktikum yang mengajari kami bagaimana membuat suatu zat, dengan cara mereaksikan struktur kimia dari zat lain, kita membuatnya secara sintesa. seperti membuat asam salisilat dari metil salisilat, bagaimana kita mengambil kitosan dari cangkang udang, dll. biasanya praktikum ini memakan waktu banyak, sehingga kadang kami harus ikhlas pulang sore sekali agar mendapatkan hasil praktikum yang baik.

Semua contoh praktikum diatas sangatlah menarik dan cukup membuat saya pribadi bimbang memilih angan-angan masa depan. rasanya ingin merancang masa depan dari sekarang dan fokus disalah satu bidangnya. mungkin kemarin saya bingung memilih, karena curhat nih, kmaren nilai praktikum farmaseutika saya biasa saja, bahkan tidak pernah dapat A. Belum lagi praktikum farmakognosi yang sering sekali mendapat nilai kecil, dll. semuanya hal itu, sempat membuat saya harus kecewa dengan diri sendiri, dan tidak percaya diri menghadapi masa depan.

Tapi semua itu berbalik dengan semangat menggebu-gebu setelah saya mencoba sungguh-sungguh di keduanya, dan hasilnya alhamdulillah saya mendapatkan nilai praktikum farmaseutik bagus dan mengerti langkah-langkah mengidentiikasi simplisia dalam farmakognosi. Jadi inget ayat “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”. (QS Ar-Ra'd:11). jadi harus makin semangat mengubah nasib kita, dimulai dari kita yang berusaha mengubahnya.

Ditambah dengan cita-cita saya yang ingin sekali lulus cepat, setelah banyak berdiskusi dengan orang-orang hebat. Seperti Ketua BEMFKIK periode 2009-2011 dan seorang kakak di suatu organisasi Ekstra kampus yang pernah keluar negri karena pernah menang lomba international. lingkungan sekitarpun tidak kalah mendukung, dari teman dan kakak2 kelas, semuanya semangat dan terus membukakan pikiran saya, kalau sukses itu bisa diraih dengan usaha. tetap semangat menghadapi masa depan.. :)

Semoga semester ini tidak terlewatkan sia-sia..

Kamis, 22 Desember 2011

#cerpen ketiga ku


Mati di Usia Muda!!
Oleh: Yusna Fadliyyah Apriyanti
Berada diantara dua teman baik yang sangat berbeda membuatku bingung dalam bersikap. Aku, Bagas dan Randy sekarang masih mejadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Aku memiliki dua orang sahabat sejak masuk SMA, Randy dan Bagas. Kami ditempatkan di kelas yang sama saat mengambil jurusan IPA di SMA 68. Berawal dari keinginan backpacker mengelilingi Indonesia, membuat kami selalu berkumpul bertiga dan merencanakan mimpi kami bersama. Dari kota Yogyakarta yang masih dalam 1 pulau, sampai Belitung alhamdulillah sudah pernah kita jelajahi bersama. Banyak pemandangan dan kebudayaan yang menginspirasi kita di berbagai kota. Jika ingin menikmati hidup, maka cobalah keluar dari lingkungan keseharianmu dan berani menatap budaya baru, itu moto kita bertiga.
Kebersamaan itu mulai memudar setelah kuantitas bertemu kita berkurang. Randy melanjutkan kuliahnya di UGM, jurusan Geografi dan Bagas melanjutkan kuliahnya di Universitas Swasta, jurusan Teknik Informatika. Bagas dan aku masih bisa sering bertemu, tapi tidak dengan Randy. Jarak kadang menyulitkan komunikasi kita walaupun di zaman ini, HP sudah tidak asing lagi.
***
            Sudah hampir 3 bulan kami berpisah. Hari minggu adalah jadwal aku, Randy dan Bagas berkumpul. Biasanya Bagas akan main ke kostanku dan kita berdua menelfon Randy. Kami bertukar cerita tentang pengalaman 3 bulan di kampus masing-masing. Sungguh 3 bulan yang selalu membuat berkesan setiap mahasiswa baru. Dari masa orientasi sampai beragam orang di kampus kami ceritakan.
            Randy di UGM, menjadi mahasiswa baru teraktif saat masa orientasi. Sekarang ia menjadi ketua angkatan di sana. Teman-temannya yang mayoritas orang jawa asli kadang membuat logat bicaranya agak aneh ditelinga kami. Kadang kami meledeknya, saat logat ‘medok’nya mulai keluar. Sekarang dia sedang sibuk mengurusi proyek angkatan, tugas dari BEM Geografi, yaitu membuat seminar tentang Gempa bumi.
Bagas juga cerita, bahwa saat ini ia sedang deket dengan teman-teman baiknya. Ia menceritakan banyak hal. Dari sering berkumpul dengan mereka dan kadang juga backpacker bersama, melanjutkan hobi kami dulu. Bedanya dengan Randy, Bagas lebih suka mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dari pada aktif di BEM.
***
Liburan pun tiba. Rabu yang sangat kami tunggu, hari ini aku dan kedua sahabatku berjanji akan bertemu di Kober, Depok. Rencananya mereka akan ku ajak mengelilingi kampus UI, dengan menggunakan bikun (bis kuning). Senang rasanya bisa bertemu sahabatku yang jauh, Randy. Dia berubah menjadi laki-laki dewasa dan sangat berwibawa, sayangnya tubuhnya semakin kurus, mungkin karena sibuk dengan organisasi, entahlah. Tapi semua kebahagiaan itu kurang lengkap karena Bagas tidak bisa ikut dengan kami. Ia mendaki gungung Ciremai bersama teman-temannya yang baru dan mungkin Randy tidak bisa menemuinya di liburan singkat kali ini.
***
Tiga hari bersama Randy, jiwa mahasiswaku semakin bangkit. Saat kita jalan-jalan ke kota Jakarta dan melihat banyaknya anak-anak yang tidak sekolah di pinggir jalan. Randy berinisiatif untuk mengisi waktu liburan kami dengan mengajarkan anak-anak itu. Tempatnya tidak terlalu jelek, dibawah kolong jembatan. Semua perjuangan ini tidak berjalan mulus, kadang dari orang tua yang tidak menyetujui anak-anaknya berhenti mencari nafkah sampai preman-preman yang meminta jatah karena menganggap kami memasuki wilayahnya. Kami berdua mengajak beberapa teman SMA dulu, untuk ikut mengisi waktu kosongnya dengan kegiatan amal ini, sekaligus menambah bantuan tenaga kerja.
Bagaimana kabar Bagas? Dia tidak memberi kabar sedang dimana dia saat ini, mungkin saja karena di daerah gunung sangat sulit mencari sinyal hp, semoga Allah selalu menjaganya..amin..
***
“Yudh, aku titip anak-anak ini yah. Besok aku harus kembali ke Yogyakarta”. Randy merangkul bahuku dan berkata dengan tulus.
“Siip Randy, percayalah padaku. Aku dan teman-teman akan berusaha untuk terus menjalankan kegiatan ini dengan baik. Semoga suatu saat nanti, kita bisa membuat sekolah yang layak untuk mereka”. Kataku dengan sambil mengacungkan dua jempol padanya.
“Aku tahu, aku selalu bisa mengandalkanmu sahabatku”. Katanya sambil menepuk bahuku. Memang sikapnya sudah seperti orang dewasa, aku heran sedikit dan berusaha menyamai kewibawaannya.
***
            “Assalamu’alaikm Yudha”. Salam orang yang menelfon diseberang. Aku tahu itu suara sahabat yang selalu kurindukan.
            “Wa’alaikumsalam Randy”. Jawabku dengan gembira.
            “Yudh, aku baru dapat amanah di Sosialisasi Masyarakat BEM Geografi UGM nih”.
       “Alhamdulillah, kebetulan sekali, aku juga masuk dalam struktur kepengurusan Sosmas BEM Universitas Indonesia”. Jawabku gembira mendengar nasib kita yang sama.
            “Wah, kalau begitu, bagaimana kalau kita befastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Aku berjuang di Yogyakarta dan kamu berjuang di daerah ibu kota yah”. Katanya berinisiatif.
            “Siap.. semangat. Aku jadi lebih terpacu dalam beraksi nyata untuk Indonesia”.
            Begitulah awal dari perjuangan kami di bawah organisasi yang sama namun dalam tempat yang berbeda. Aku berhasil memasukkan kegiatan mengajar anak jalanan sebagai program rutinan  BEM dan Randy, ia sedang mengikuti proyek pemerintah yang bekerjasama dengan UGM mencari solusi mengatasi kekeringan di beberapa desa sekitar gunung kidul.
            Aku semakin dekat dengan Randy, walau tetap jarak memisahkan kita, tapi aku semakin jauh dari Bagas. Sudah lama, aku susah menghubunginya, selalu saja sibuk. Belum ada waktu untuk mengunjungi rumahnya saat itu. Tapi tidak pernah lupa do’a kupanjatkan untuk mereka berdua.
***
Pagi-pagi sekali Hp ku bergetar, segera saja aku ambil dan melihat siapa yang menelfon. Di layar hp-ku tertulis ‘Baga’s Home’. Aku baru sadar kalau pernah menyimpan nomer rumah sahabatku itu. Kemudian aku pencet tombol angkat buru-buru.
“Assalamu’alaikum”.
“Wa’alaikumsalam, ini dengan nak Yudha yah”. Deg. Suara itu, suara yang sudah lama tak ku dengar. Suara ibunya Bagas. Mungkin terlihat biasa, yang tidak biasa adalah nadanya yang khawatir dan menangis itu yang membuatku kaget.
“Iya bu, ini Yudha”. Jawabku dengan pasti.
“Maaf nak Yudha, Ibu sedang mencari Bagas, apa dia menginap di rumah nak Yudha?”. Tanyanya masih dengan nadanya yang sangat khawatir.
“Bagas sudah lama tidak menghubungi saya bu, memangnya ada apa yah?”.
“Bagas sudah 1 minggu tidak pulang nak, ibu samperin ke kostannya, tapi kata ibu kost-nya, ia sudah tidak lagi disana. Ibu semakin khawatir, dan saat ibu bertanya ke teman sekelasnya. Ibu sangat kaget..”. bicaranya tersendak-sendak dan menarik nafas panjang.
“Katanya, Bagas sudah di DO (Drop out) dari seminggu yang lalu, Ibu bingung nak Yudha, bisa bantu ibu mencari Bagas dimana?”, pintanya sangat dalam.
“Insya Allah bu, Yudha akan bantu mencari Bagas. Jika sudah ada kabar, Yudha janji akan menghubungi ibu”. Kataku menenangkannya.
“Terimakasih yudha”. Telefon itu kemudian tertutup dan membuka pikiran dan sangkaanku selama ini. Hatiku selalu tidak tenang, saat sedang memikirkan dirinya. Bagas sahabatku, dimana dirimu saat ini?
***
            Aku memberitahukan berita itu pada Randy. Ia menyesal  tidak bisa ikut mencari Bagas, karena saat ini ia sedang turun lapangan mengamati dan mempelajari daerah sekitar gunung kidul itu. Aku meminta izin untuk tidak aktif sementara waktu dari tugasku di BEM UI. Teman-teman SMA yang juga tim mengajar anak jalanan ikut membantu mencari Bagas yang tidak tahu dimana keberadaannya. Aku berusaha mencari kabarnya dari teman-teman di Universitasnya. Tapi sulit juga mencari informasi disana.
            “Maaf mbak, kenal Bagas nggak?”. Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada wanita yang sedang berdiri di depan perpustakaan.
            “Oh Bagas, anak TI 2007 kan?”. Katanya balik bertanya meyakinkan orang yang kucari.
            “Iya betul, tau dia dimana mbak?”.
            “Hmm,, gue tahunya, dia udah di DO dari sini, gara-gara nunggak bayaran 2 Semester. Kebetulan gue temen sekelasnya, jadi tahu banget masalah dia. Dia sering ga masuk, dia juga sering ngerokok di pangkalan depan, dan yang gue tahu, denger-denger dia lagi make obat”. Katanya dengan yakin, tidak sulit rasanya untuk mencari tahu kabar Bagas dari wanita yang satu ini. Aku kaget mendengarnya, Astaghirullahaladzim.. Bagas pemakai narkoba? Sulit meyakini kabar miring itu. dari dulu prinsipku adalah tidak dengan cepat mempercayai kata-kata orang sebelum melihatnya sendiri.
***
            Jam dinding menunjukkan angka 12 tepat jarum panjang dan pendeknya. Malam ini tubuhku lelah sekali setelah mengelilingi kota depok dengan beberapa teman sekelas Bagas, mengunjungi tempat-tempat yang mereka yakini keberadaan Bagas. Belum sempat mata terlelap, hp-ku tiba-tiba berbunyi kencang, disana tertulis nama yang membuat badanku merinding ‘Bagas’
            “Assalamu’alaikm Bagas..”. Aku segera mengangkat dan berteriak.
            “Yudha.. tolong gue, gue takut..gue takut..”. katanya sambil menangis, bisa dibayangkan keadaannya yang sedang kacau disana.
           “Apa maksudmu Bagas,, kamu sekarang ada dimana? Beri tahu aku, aku akan menjemput  sekarang juga”.
           “Gue di pinggir tol, gue bingung sekarang dimana. Dingin yudh,..dingin.. gue takut sama semua orang, gue salah yudh.. tolong gue, gue mau tobat…”. Tangisnya kencang. Aku bingung harus bagaimana, suara disana makin tak tenang dan ramai. Sulit untuk fokus mendengarkan suaranya, mungkin itu suara mobil yang melalu lalang disekitarnya.
            “Gas, aku siap2 dulu. Jangan matiin hp-nya yah, kamu jelasin pelan-pelan dimana kamu berada. Aku akan jemput kamu”. Kataku tanpa basa basi.
            “Iya yudh, gue tetep disini dan dengerin suara lo”. Katanya pasrah. Sungguh bingung aku saat itu. hanya hatiku yang khawatir dengannya yang menggerakan seluruh badanku. Sedih rasanya membayangkan saat-saat kebersamaan dulu. Sulit aku mempercayai kata-kata teman bagas saat ini. Tapi selalu saja hatiku meyakini perkataan mereka. Aku menyesal telah acuh selama ini padanya. Ya Allah, beri aku kesempatan sekali lagi untuk menjadi teman yang baik bagi Bagas, pintaku dalam hati.
***
Malam itu aku menemukan Bagas berada dipinggir tol cikampek, di tengahnya gelapnya malam Allah tetap menunjukkan jalan kepadaku hingga aku bisa menemukannya. Bagas dalam keadaan sangat kacau saat itu. ia diturunkan oleh teman-temannya yang ‘baik’ karena sedang Over dosis oleh obat haram yang ia gunakan. Tubuhnya menggigil kencang dan tak tahu harus bagaimana. Dingin dan panas bergabung dalam tubuh kurus itu.
Setelah menemukannya, dengan segera, aku membawanya ke rumah sakit terdekat. Setelah itu, aku memberikan kabar Bagas ke ibunya. Setelah merasa Bagas lebih tenang, aku meminta izin pamit. Sulit untuk kuyakini apa yang kulihat hari ini. Bagas yang dulu bersama ku adalah Bagas yang kuat dan penuh dengan semangat kebaikan. Dialah orang yang selalu mengingatkan aku dan Randy jika sudah melakukan hal-hal aneh, yang menurutnya keluar batas syariat.
Saat itu pagi hari dan aku harus segera sampai di kampus. Ada presentasi yang menunggu dengan dosen yang sangat disiplin.
***
            “Randy masuk rumah sakit yudh”. Kabar yang mengagetkanku tiba-tiba. Setelah aku menyelesaikan presentasiku. Kakaknya Randy, Rino menelfon dan memberi kabar menyedihkan ini. Disaat aku harus memberikan perhatian khususku pada seorang teman, sahabat lainnya pun sedang mengalami hal perih yang sama.
            “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, sakit apa kak?”.
            “Sebenernya ia sudah banyak mengidap penyakit saat masuk kuliah. Sekarang masih diperiksa dokter dan belum diberitahukan penyebab utamanya”. Kaget bukan main, aku tidak pernah mendengar keluhan sedikitpun dari Randy soal penyakitnya ini.
            “Bisakah aku bicara dengannya?”. Tanyaku
            “Dia masih tidak sadarkan diri dari 2 hari yang lalu, kakak mohon bantuan do’a dan jika sempat, datanglah mengunjungi Randy kemari”. Kak Rino memberikan alamat rumah sakit yang ternyata ada di daerah ibukota.
            Sungguh Ya Allah, aku tak sanggup melihat keduanya sedang lemah seperti ini. Aku rindu semangat dan kebersamaan kita dahulu. Sembuhkan mereka ya Allah.
***
“Gue menyesal Gas, telah melakukan hal ini. Gue telah terbodohi dengan persahabatan palsu mereka. Awalnya Gua bahagia karena memiliki teman yang mempunyai hobi yang sama seperti kita bertiga. Gue tahu kelakuan bejat mereka, dan Gue berusaha mengubah mereka dengan cara gue sendiri. Tapi, gue begitu lemah gas.. hingga akhirnya gue yang tergoda mencobanya. Awalnya biasa saja, lama-lama gue merasa ketergantungan yang sangat dengan obat haram itu. Dan semuanya hancur mulai saat itu. “ Yudha menarik napas panjang dan mulai menceritakan semua yang ia rahasiakan selama ini
“ Gue akhirnya menggunakan uang semester untuk membeli obat itu, selama 1 tahun ini. Gue malu mengatakannya pada kalian, karena saat itu gue merasa paling hebat dari kalian. Gue merasa bisa melakukan banyak hal. Hingga gue di DO dari kampus karena kasus menunggak uang. Gue malu gas, sama ibu. Tapi gue bingung harus mengatakan apa, gue lebih baik kabur dari rumah, dari pada harus dimarahi oleh ibu lagi. Disaat gue memilih tinggal bersama mereka, gue mengalami over dosis dan dengan sangat kasar mereka membuangku di tengah tol.” tangisan bersalahnya tak bisa dibendungi lagi, mengalir lepas dan deras. Begitu susah untuk berkata jujur.
***
            “Bagaimana keadaannya kak?”. Tanyaku pada Kak Rino. Saat ini aku hanya bisa memantau keadaan Randy lewat telefon. Keadaan Yudha saat ini, sangat sulit untuk ditinggalkan. Aku tahu dia orang yang nekat, sudah berapa kali ia mencoba bunuh diri karena malu dengan semua ini. Aku memberikan dukungan sebisaku, dan aku berjanji akan membantunya kembali ke kehidupan yang baik dahulu. Kehidupannya yang dekat dengan Allah dengan kebersamaan yang indah.
            “Kondisinya memburuk Gas, Randy belum sadar juga. Sekarang ia di rawat di ruang ICU. Minggu ini ia sudah 2 kali cuci darah gas”. Kak Rino masih sama seperti dahulu. Tetap mengabarkan dengan tenang. Sedih rasanya mendengar keadaan Randy yang semakin buruk sedangkan aku belum sempat menjenguknya.
            “Ya Allah beri kemudahan untuk Randy, sembuhkanlah ia ya Allah”. Pintaku kepada Allah, tempat solusi segala masalah.
            “Bagas, bisakah hari ini kamu menjenguk Randy, beri ia semangat dari dekat. Mungkin ia merindukan suara sahabatnya ini”. Kak Rino meminta dengan sopan.
            “Insya Allah kak, sore ini aku akan segera ke Rumah sakit ginjal, Cikini”. Aku meyakinkannya. Setelah meminta izin pada Yudha yang tidak kuberi tahu alasan meninggalkannya, aku bergerak menuju  tempat Bagas dirawat, sambil tak lupa berdo’a pada Allah agar Randy diberikan kesembuhan.
***
            Randy mengalami gagal ginjal dan komplikasi lainnya. Tiga bulan yang lalu ia mulai divonis gagal ginjal oleh dokter. Tapi tiga bulan yang lalu kami baru saja saling menyemangati dalam proyek akhirat, berastabiqul khairat. Semua kelemahannya tidak mengganggu semangatnya untuk melakukan hal yang bermanfaat buat masyarakat.
 Saat itu, aku baru menyadari sesuatu. Teringat ceritanya dahulu, tentang kegiatannya mencari solusi kekeringan di desa sekitar gunung kidul. Aku tahu, dia harus turun lapangan dalam menjalankan proyek itu. Disaat ia membutuhkan banyak air dan tidak boleh menahan buang air kecilnya, disisi lain ia menghabiskan waktunya di tanah yang tandus dan sangat jarang dengan air. Tapi ia tetap tidak mengeluh. Kata dokter, sakitnya dipicu dengan kurangnya minum air dan zat mineral lainnya. Sungguh aku mengagum sosoknya yang tabah dalam segala hal. Bekerja totalitas untuk masayarakat sekitar.
***
29 januari 2010, menjadi hari yang pilu untuk banyak orang. Randy meninggal dunia dengan tenang. dan semua teman2 di UGM datang melayatnya, semua disana adalah orang-orang yang pernah merasakan kebaikan Randy. Randy yang sangat dikagumi banyak orang, wafat setelah berhasil menghasilkan sumber daya air di daerah kekeringan itu. setelah diberikan penghargaan oleh Gubernur Yogyakarta, akhirnya ia berhenti bernafas di hari jum’at. Hari yang termasuk dalam tanda-tanda husnul khotimah.
Lain halnya dengan Bagas, yang akhirnya mengakhiri hidupnya dengan berhasil membunuh diri. Ia malu menanggung semua kesalahannya di hari lalu, dan tidak yakin bisa berubah. Ia berharap kejadian dan penyesalannya itu bisa menjadi pelajaran untuk banyak orang, agar tidak bertindak bodoh mengikuti jejaknya. Ia wafat sehari setelah Randy wafat. Aku meminta mereka berdua di kubur bersebelahan. Agar aku tetap bisa berkumpul dengan mereka, walau dalam dimensi yang berbeda.
Bulan Januari yang menyedihkan, kisah kedua temanku yang menghabiskan waktu dengan caranya. Setiap tahun, aku selalu berdiri hormat di depan makam Randy dan duduk termenung di depan makam Bagas. Aku melanjutkan hidup dengan caraku. Caraku yang telah terinspirasi dengan totalitas perjuangan Randy. Walau aku tidak bisa mengikutinya seluruhnya, tapi dengan mengikutinya, aku menemukan duniaku sendiri. Menjadi motivator untuk banyak orang.
Dua orang sahabat yang sama-sama tidak diberikan umur panjang oleh Allah. Mereka berdua meninggal di Umur 21 tahun dan mengakhiri hidupnya dengan cara yang berbeda. Dari kedua cerita ini mana jalan yang anda pilih?


Terinspirasi dari sang Motivator Muda :
Randy Bagas Yudha..


Sabtu, 10 Desember 2011

#cerpen kedua ku..

Dua Cinta yang Menyempurnakanku
Oleh : Yusna Fadliyyah Apriyanti

“Kau sudah ke rumahnya kak?”. Tanya Irfan sinis pada kakaknya
“Ia, alhamdulillah fan. Minta do’anya agar dimudahkan Allah”. Kata kak Arifin dengan tenang.
“Kenapa kau begitu tenang menjawabnya kak? Sementara kau tahu akupun sudah melamarnya”. Tanya Irfan dengan tegas. Dia mulai mengakui kelemahannya. Selama ini ia mengira lewat cara itulah dia bisa mendapatkan Lita, tapi seharusnya ia berani langsung melamar ke ayah lita. Ia mulai mengakui sikapnya yang tidak tegas
“Melamar? Aku tidak tahu kau sudah melamar? Ayahnya tidak pernah bilang kalau sebelumnya sudah ada ikhwan yang melamar anaknya”. Tetap tenang, begitulah Kak Arifin dengan keangkuhannya.
“Aku melamarnya lewat sms, dan kau harus tahu, bahwa hati kita telah terkait. Lihat saja nanti, aku yakin, akulah yang ia pilih”. Jawab irfan dengan percaya diri. Sambil berjalan meninggalkan Kak Arifin yang hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Mungkin sedikit kekhawatiran ada dalam hatinya. Dia juga menyukai Lita sejak mereka satu sekolah dulu. Kak Arifin 1 tahun lebih tua dari Lita. Selama ini Kak Arifin hanya diam menanggapi perasaanya yang timbul sejak lama, tapi saat ia tahu adiknya dekat dengan Lita, dia berusaha lebih dulu dari adiknya melamar Lita melewati bantuan ustadznya. Selama ini Irfan tahu tentang perasaan Kak Arifin terhadap Lita, tapi selalu saja ia tepis dan menghiraukan kepedulianya terhadap perasaan kakaknya.
***
            Pagi itu seorang pemuda berdiri di depan pintu masjid sambil memegang HP-nya. Sesekali ia mondar-mandir sambil garuk-garuk kepala, bingung harus memulai percakapan dari mana. Kemudian sesaat ia menarik nafas panjang dan memulai menekan tombol menelfon dengan nama “ukh Lita”. Laki-laki itu adalah Irfan seorang Mahasiswa Baru di Kampus Islam ternama di Indonesia.
“Assalamu’alaikum ukh, ini ana Irfan Mas’ul Forum Angkatan yang kemarin baru dilantik, kira-kira kita bisa rapat kapan untuk membicarakan perihal nama angkatan kita?”. Irfan berdiri tegap, tegang  berusaha menormalkan suara untuk menutupi rasa gugupnya. Ya, bagaimana tidak gugup, ini kali pertama ia harus menelfon seorang akhwat, setelah lama tinggal di pesantren dan jarang sekali berkomunikasi dengan kaum hawa.
Baru saja kemarin setelah mengikuti suatu acara yang diadakan Lembaga Da’wah Kampusnya, ia akhirnya terpilih menjadi Mas’ul (Ketua Putra) pusat dan Lita yang sedang ia hubungi adalah Mas’ulah (Ketua putri) pusat yang menjadi patner kerjanya.
“Wa’alaikumsalam akh, oh ia. Ana insya Allah bisa besok sore, antum bagaimana?”,Jawab Lita dengan tenang.
“Alhamdulillah ana juga bisa, bagaimana kalau nanti kita sms Mas’ul dan Mas’ulah tiap fakultas juga agar bisa ikut berkumpul bersama?”, Ia berusaha semakin tenang, tapi tetap saja badannya semakin tegang.
“Ia usul yang bagus”. Jawab Lita dengan singkat.
“Oke, nanti biar ana yang sms Ma’ulnya, anti bisa kan sms Mas’ulahnya?”. Mendengar jawaban Lita yang singkat hatinya semakin berdetuk kencang, bingung bercampur gugup, sehingga membuat suaranya agak lantang di telefon.
“Insya Allah bisa”. Lita kaget mendengar jawaban Irfan yang agak tegas, dia bingung apakah ia salah bicara? Tapi biarkanlah.
Setelah menutup telefon dengan sebelumnya ditutup dengan salam, Irfan berusaha untuk menenangkan diri dan berfikir, salahkah gaya bicaranya tadi? Berfikir panjang dan akhirnya ia lebih memilih untuk melupakan semuanya dan fokus membuat sms undangan rapat untuk Mas’ul dan Mas’ulah tiap Fakultas.
***
Semuanya berjalan dengan sendirinya, lama-lama Irfan semakin bisa beradaptasi menghadapi ketenangan Lita. Lita pun demikian, yang awalnya menjawab sms seperlunya saja lama kelamaan menjadi lebih care dengan sms-sms dari Irfan. Suka dan duka forum angkatan mereka rasakan bersama. Sering sekali Irfan curhat dan Lita dengan dewasanya memberi solusi atas permasalahan Irfan, begitu pula dengan Lita. Mereka semakin dekat dengan posisi yang menuntut mereka lebih dewasa untuk memimpin semua Mas’ul dan Mas’ulah dari tiap fakultas.
Irfan akhirnya tahu bahwa kakaknya, Arifin, juga menyukai Lita sejak lama. kenyataan itu membuat dia menyesal memilih melanjutkan sekolah ke pesantren, sehingga kakaknya bisa mengenal Lita lebih dulu. Hingga akhirnya suatu saat Irfan memberanikan diri untuk menulis pesan :
            .:Assalamu’alaikm wr. wb, teruntuk ukhti solihah yang semoga selalu dalam lindungan Allah, dengan niat yang kuat dan sebuah keberanian, ana Irfan Abdullah siap untuk melamar anti. Semoga anti juga bersedia menjadi bukan sekedar patner dalam amanah kampus tapi menjadi patner dalam hidup ana selamanya. Jika anti sudah siap, ana baru akan menemui ayah anti. Semoga niat baik ini dimudahkan oleh Allah.:.
            Sms itu panjang dan cukup menggetarkan hati Lita saat membacanya. Dia memang selama ini sudah belajar menerima Irfan apa adanya, tapi tak pernah terbayangkan kalau keinginan ini akan muncul pada Irfan patner-nya. Bingung harus menjawab apa, ia langsung mematikan hp-nya kemudian berusaha memejamkan mata melupakan kenyatan yang ia hadapi malam itu. sepuluh menit berlalu tapi tetap saja mata itu tertutup getar, ia berusaha keras menutup matanya tapi tetap saja hatinya gusar. Seketika air matanya mengalir perlahan, membasahi kedua pipinya yang sedang menahan sesaknya dada.
“Kenapa semua ini harus dia katakan? Ketika sedang kucoba mengubur semua rasa ini”. Tanyanya dalam hati. Kemudian Lita mengambil air wudhu dan mencoba sholat malam untuk menenangkan dirinya.
***
            Hari itu Lita pulang dari kuliah lebih awal. Dari kejauhan Ia melihat di pintu gerbang rumahnya, ayahnya sedang mengantarkan dua orang lelaki keluar, satu pemuda dan satu lagi laki-laki seumuran dengan ayahnya. Lita berhenti ketika menyadari bahwa pemuda yang sedang diantarkan ayahnya keluar itu Kak Arifin, Kakak dari Irfan.  Jantungnya mulai berdetak kencang, ingin rasanya ia lari saat itu juga, tapi terlambat, Ketiga lelaki itu menyadari kehadiranya. Lita hanya bisa menunduk dan diam. Menyadari kegugupan Lita, ayah tidak segera mengangkat pembicaraan perihal kedatangan kedua lelaki itu, dengan pelan Ia menyuruh Lita masuk ke dalam rumah, setelah memberi salam kepada semuanya.
            Setelah keduanya pergi, ayah memanggil Lita untuk sholat ashar berjamaah. Hari ini hari jum’at, biasanya ayah masih di kantor dan pulang tepat jam 5 sore. Tapi hari ini mungkin menjadi hal yang berbeda buat beliau, entahlah. Hanya mereka berdua yang sholat di musholah rumah. setelah salam, ayah menyuruh Lita untuk tidak pergi dulu hingga ayah selesai berdo’a. Lita menuruti perintah ayahnya, ia tak tahu pasti apa yang ingin dibicarakan ayahnya, tapi Lita yakin, pasti ada kaitanya dengan peristiwa sore ini.
            “Lita sayang, kamu putri ayah yang pertama. Sejujurnya sampai detik ini, ayah masih mengira Lita adalah putri ayah yang masih kecil. Berat rasanya menyadari kenyataan setiap hari Lita tumbuh semakin besar, hingga dewasa sampai saat ini. Dan ketika saat itu tiba, saat ada seorang lelaki yang siap menggantikan ayah, ayah bingung harus berkata apa. Ayah masih ingin Lita menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya, membantu Ibu dan menjadi panutan adik-adik Lita nanti. Tapi ayah tidak berhak mengambil kebahagiaan Lita. Lita berhak mengambil keputusan itu jika memang Lita sudah siap, jika memang Lita siap berbakti pada seorang lelaki pengganti ayah nantinya”. Ayah menjelaskan dengan penuh kasih sayang. Lita kaget bukan main mendengar penjelasan ayah tadi. Ayah yang selama ini terlihat keras di depannya, tiba-tiba berkata sedemikian lembut menjelaskan pernyataan dari hatinya. Sungguh saat itu, sulit rasanya menahan air mata dan rasa ingin memeluk ayah. Kemudian, ayah melanjutkan kata-katanya.
            “Ayah tahu, Lita mengenal pemuda tadi. Pemuda yang memperkenalkan dirinya dengan nama Arifin. Kakak kelas Lita dulu di SMA, sore ini ia membuat janji untuk bertemu ayah dan melamar Lita”. Mendengar pernyataan ayah Lita sangatlah kaget. Semua yang ia sangka sore itu salah besar, ternyata mereka datang bukan untuk mewakili Irfan melamar Lita, tapi ternyata Kak Arifin yang melamar Lita. Bingung rasanya saat itu, kenapa semua ini jadi semakin rumit? Semakin sesak dadanya mengetahui ini semua. Hanya bisa diam tanpa kata.
            “Untuk itu, ayah memberi Lita waktu untuk berfikir dan menjawab semua niat baik nak Arifin ini. Ayah tahu, Lita sudah dewasa untuk mengambil keputusan besar dalam hidup Lita”. Ayah mengelus kepala Lita dengan lembut. Bingung bagaimana menyampaikan ke ayahnya kalau sudah ada yang ingin melamarnya sebelum kak Arifin, yaitu adiknya sendiri, Irfan.
***
            “Ya Allah, salahkah caraku selama ini? Salahkah jika aku hanya ingin menjaga ukhuwah ini dengan cara menjadi teman curhatnya? Salahkah jika aku akhirnya bingung memilih antara keduanya? Salahkah jika perasaan ini timbul melalui caraku menghadapinya? Aku mencintai salah satunya tapi tidak ingin menyakiti satunya lagi.. Engkau yang Maha membolak balikan hati manusia, aku bingung harus bagaimana? Tunjukan jalan yang terbaik padaku ya Allah. Apakah aku harus memilih salah satu dari mereka dan mengikuti perasaan duniawi? atau memilih yang satunya karena caranya melamarku yang lebih ahsan? Atau bahkan tidak keduanya?” Semua kebingungan ini ia tuangkan dalam do'a malamnya. Sudah 2 minggu ini ia sholat istikharah tapi tetap saja belum mendapat jawaban. Tak ada tanda-tanda untuk memilih salah satunya, antara Irfan dan Arifin. Lita hanya bisa menjauh untuk sementara dari keduanya. Ia menghilang dari kepemimpinannya saat ini. Tiap hari setelah jam kuliah selesai, ia segera pulang ke rumah untuk menenangkan diri dan belajar dari pengalaman selama ini.
***
            “Ayah, aku sudah mengambil keputusan untuk tidak menerima kedua lamaran ini”. Kata Lita dengan tenang saat makan malam bersama di meja makan.
            “Kedua? Ayah cuma menyuruhmu memilih menerima nak Arifin atau tidak, maksudmu ada lagi selain Arifin?”. Ayah heran. Lita baru sadar kalau ia belum menceritakan sms Irfan pada ayahnya.
            “Ia ayah, Irfan adik Kak Arifin juga melamar Lita lewat sms. Malam hari sebelum Kak Arifin datang ke rumah. Dan selama ini ia menunggu jawaban Lita pula” Lita menarik nafas panjang.
“Keputusan Lita sudah bulat. Lita ingin melupakan semua masalah ini dulu. Lita tahu selama ini Lita telah salah menghadapi sms Ikhwan. Saat amanah itu tiba, dan Irfan menjadi patner kerja Lita, terkadang Lita berfikir dengan cara sering berkomunikasi, amanah ini bisa berjalan dengan baik. Tapi ternyata semua ini menimbulkan suatu efek samping yang menyedihkan. Mengenai Kak Arifin, untuk saat ini Lita ingin kembali memperbaiki diri dahulu. Walau Kak Arifin datang dengan niat yang baik, tapi Lita tidak ingin memilih salah satunya dan menyakiti satunya lagi”. Jelas Lita sungguh-sungguh.  
“Ayah menerima keputusan Lita saat ini. Semoga Lita bisa belajar dari pengalaman ini yah. Memang banyak cobaan di medan da’wah. Kadang kau harus lebih tegas menghadapinya. Ambil hikmah dari kejadian ini. Jangan sampai cinta sesaat membuat Lita yakin akan kebahagiaan yang sesungguhnya. Carilah jalan yang terbaik dalam menghadapi cinta. Seperti Fatimah putri rosul dan Ali. Dimana cintanya dipertemukan setelah keduanya terikat dalam tali yang halal”. Ayah mengelus kepala anak perempuanya dan merasa puas dengan semua keputusan putrinya. Membiarkan Lita yang memilih jalan hidup yang terbaik menurutnya dan tak lupa Ayah terus mendoakan.
“Terimakasih Ya Allah, telah memberikanku pelajaran dari 2 cinta ini. 2 cinta yang membuatku menyadari semua kelemahanku dan belajar untuk bisa menjadi hambaMu yang sempurna, belajar menyempurnakan ibadahku dan amalku di dunia ini. Semoga aku bisa istiqomah dalam mengambil keputusan ini”. Ucap Lita, bersyukur dalam hati. Rasanya semua menjadi tenang kembali, setelah Lita yakin dengan pilihannya itu. Mungkin inilah cara Allah menjawab rintihannya saat sholat istikharah, Ia memberikan ketenangan dalam hati Lita.
Semua kembali normal. Irfan dan Arifin belajar menerima keputusan Lita. Semua yang didasari dengan proses yang kurang baik akan berakhir kurang baik pula. Maka hati-hatilah menghadapi sms yang tidak seharusnya. Cinta itu fitrah manusia, tidak ada yang salah dari rasa cinta, yang salah selama ini adalah cara kita menghadapi cinta. Tetaplah yakin dengan janji Allah, seseorang yang baik akan disandingkan dengan orang baik pula. Teruslah memperbaiki diri untuk mendapatkan yang terbaik.

SKI Farmasi Indonesia


Maaf baru nulis laporan, setelah seminggu ini kembali dengan kegiatan utama sebagai mahasiswa.

Kamis, 30 November 2011
kami rombongan dari Farmasi UIN dengan mengendarai mobil APV warna hitam keluaran 2011, nekat untuk pergi ke Surabaya untuk menghadiri acara MUNAS (Musyawarah Nasional) Perdana di UNAIR tepatnya. Walau hanya 1 org yang bisa menyetir, tapi perjalanan tetap berjalan dengan lancar. Tepat pada jam 1 pagi, kami memulai perjalanan dari lebak bulus menuju ke Solo, seperti rencana awal untuk beristirahat sementara disana. Masing-masing mahasiswa dikenai biaya 300rb untuk transportasi. Pemberhentian pertama kami, di sebuah masjid di Indramayu. Kemudian sampai di SPBU Muri tegal, kami juga berhenti sejenak untuk membersihkan diri. Sesampainya di Semarang, tepat pukul 5 sore, rombongan terbagi dua arah, Saya dan Ghina (Far 2011) menuju Yogyakarta dan yang lainnya akan menginap di Solo. Saya memaksakan diri untuk menginap di Yogya,karena saya sudah terlanjur janji dan sangat rindu dengan teman-teman dulu di Pondok. Bis dari Semarang sampai di terminal Giwangan Yogya jam 8 malam, alhamdulillah teman saya sudah menjemput dan keinginan saya terkabulkan untuk menginap di kostannya. Sedangkan teman-teman yang lain bermalam di rumah Dani, teman-teman itu: Arum, Finti, dan Puji

Jum'at, 1 Desember 2011.
Saya dan Ghina pagi-pagi sekali sudah siap untuk berjalan-jalan di UII, bagaimana tidak, teman yang akan mengantar saya ada jam kuliah jam 8 pagi. Tapi sungguh kemudahan dari Allah untuk bisa mengobrol lama dengannya, akhirnya ia mengambil jalan untuk tidak masuk sekali ke kuliahannya. jadilah saya diantar mengelilingi UII. Melihat masjidnya, kantin, fakultas-fakultas, hingga perpustakaan yang terdapat candi ganesha. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke UGM. Akhirnya tersampaikan, mimpi saya ingin berfoto di depan Masjid Solahudin walau saat itu masjid hampir ramai dengan jama'ah sholat jum'atnya. Setelah ke masjid, kami mengambil keputusan untuk beristirahat sejenak di fakultas teman saya, yaitu fakultas kedokteran. Teman saya ada jadwal praktikum jam 1 siang, sehingga kami harus berpisah saat itu. Tapi cara Allah memang tak di duga-duga, Saya sholat di mushola lantai atas Fakultas Kedokteran dan melihat hujan angin di luar, sampai salah satu tiang listrik mengalami konsletan. Saat sudah berpisah, tiba-tiba teman saya menelfon lagi dan berkata bahwa ia tidak jadi praktikum, karena lampu laboratoriumnya mati, akibat hujan tadi. jadilah hari itu saya diperlakukan spesial dengan mereka, dari mengantarkan kemana saya mau sampai membantu saya menawar batik di bringharjo, Malioboro. Sorenya kami bertemu dengan rombongan lain dan makan bakso idola bersama-sama. Tepat ba'da adzan isya kami melanjtkan perjalana ke Solo, untuk mengambil barang dan mampir ke rumah eyangnya Anas.

Sabtu, 2 Desember 2011
Delegasi-delegasi akhwat dari Tiap Universitas
Pagi itu semuanya tidak sesuai rencana, karena acara SKI FI akan dimulai pukul 8 pagi maka kita harus berangkat dari solo lebih awal. Tapi karena Anas sangat lelah, akhirnya baru jam 6 pagi kita berjalan dari Solo. Itupun dengan ditilang 2 kali. akhirnya kami sampai di UNAIR tepat jam 2 siang. Setelah makan siang, kami bergabung bersama delegasi-delegasi dari kampus lainnya, sore setelah ashar, kami diajak oleh panitia untuk berkunjung dan sholat disana, di masjid Agung Al Akbar Surabaya, konon katanya itu termasuk masjid terbesar di Asia Tenggara. Malamnya kami pergi ke Wisma Sederhana.

Minggu, 3 Desember 2011
Hri terakhir Munas SKI, dalam kali ini yang dibahas adalah AD-ARTnya, karena SKI Farmasi Indonesia memang baru saja akan dibentuk dan ada sekilat 9 Universitas yang ikut menandatangi deklarasi terbentuknya SKI FI. Dengan Koordinator Nasional: UGM. Koordinator Wilayah 1 (Sumatera-Jawa Barat): ITB, Koordinator Wilayah 2 (Jawa Tengah dan Kalimantan): UII, Koordinator Wilayah 3 (Jawa Timur - Papua): UNAIR. Alhamdulillah acara selesai jam 5 sore dan kami langsung pulang ke Jakarta. Alhadulillah keinginanku keduaku juga bisa terlaksana yaitu bisa bertemu teman SD dlu di Irian: Ari dan Ischa..
Delegasi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perjalanan yang indah dan penuh tantangan berakhir pada hari Senin tgl 4 Desember 2011 jam 24.00. kami tiba di kontrakan masing-masing di Ciputat