Memasuki relung hatiku.. kenapa
harus hatiku? Karena dengan aku mengenal hatiku, kadang aku baru bisa
menyimpulkan keadaan hati selanjutnya. *apasih?
Hatiku yang kadang bisa mewakili
perasaan setiap kaum hawa, karena saya juga kaum hawa. Buat para blogger, hari
ini aku mau ngebahas tema.. “Cinta dalam diam”..
Teringat sms dari salah satu
sahabat dekatku:
“Jika kau belum siap melangkah
dengan seseorang,Cukup cintai ia dalam diam..
Karena diammu adalah bukti
cintamu padanya.
Dengan bgitulah kau memuliakan
dirinya, karena kau tak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan tak
merusak kesucian dan penjagaan hatinya. Dari diammu sungguh telah memuliakan
dirinya dan dirimu juga akan terjaga..
Sebagaimana Fatimah Az Zahra dan
Ali bin Abi thalib yang diam dalam cinta namun akhirnya mereka bersanding di
pelaminan . Bersabarlah dalam diammu, karena tulang rusuk tak pernah tertukar.
Percayalah
Love Is Beautiful”
Jadi apa itu cinta dalam diam?
Perasaan cinta yang tetap ada dalam hati seorang insan, tapi direalisasikan
dengan diamnya, agar tidak merusak kesucian dan penjagaan hati dari orang yang
ia cintai, karena begitulah cara ia memuliakannya dan mencintainya. Seandainya
bisa sekuat Fatimah menahan rasa cinta yang sudah lama bersemi, dan yang harus
digaris bawahi adalah HANYA ALLAH YANG TAHU..
Disaat rasanya ingin sekali rasa
itu tersampaikan, pastinya ada penyampaian dari lisan agar hati merasa tenang.
Terkadang kita masih merasa belum puas menyerahkan semuanya pada Allah, tetap
menangis padanya dan lebih tenang dengan menceritakan ke sesama manusia. Dan tak
jarang akhirnya saling mengetahui perasaan satu sama lain karena mulut tak bisa
terkunci.
Padahal jika kita merasa cukup
mengadu padaNya, dan belajar untuk kembali menguasai diri, Allah pasti akan
kembali membukakan jalan yang terbaik untukmu. Seperti diri saya sendiri yang
kadang belum puas dengan tangisan disetiap sujud. Jika tidak melalui tulisan,
mungkin kadang melalui lisan harus saya sampaikan agar dada tidak terasa
semakin sesak.
Saya belum lihat dari sisi
psikologisnya sih, bagaimana akibat kalau kita menahan rasa yang dalam hingga
tak ada seorangpun yang tau kecuali Allah. Tapi intinya Al-qur’an selalu
memberikan solusinya teman-teman. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan
mengingat Allalh hati menjadi tentaram (QS 13:28), Jadi solusinya memang benar
cukup diam dan terus mengingat Allah agar hati kita tentram. Sekarang tinggal
kita yakin nggak akan semua itu?? If you believe. Do that way..^^
Sedikit kata-kata Melankolis,
yang bisa jadi hal ini pernah anda rasakan:
Normalkah aku? Jika saat ini, aku masih mengharapkan seorang hamba
menjadi pendampingku. Bahkan tak jarang pula anganku terbang dengan sayap asa
untuk bersanding dengannya. Sering kali kutepis itu semua dengan kapasitas yang
belum pantas menggapainya. Aku tahu ia juga ciptaan Allah, yang selalu memiliki
titik kelamahan, tapi semakin hari nampaknya Allah menyempurnakannya di mataku.
Enggan ku mendengar orang lain yang datang lebih dahulu menawarkan perahunya,
karena aku menginginkan dirinya. Aku berharap yang datang ke rumah adalah orang
yang pertama dan terakhir yang pernah datang untuk memintaku, karena nantinya
aku berkewajiban untuk mencintainya. Tapi sulit bagiku menghapus rasa yang
terlanjur dalam ini. Setiap hari, selalu ku coba untuk menghancurkan tebalnya
dinding harapan bersamany. Tapi rasanya paluku hanya karet yang memantul
kembali setiap aku berusaha memukulnya. Semakin kuat ku memukul, smakin kuat
reaksi kembalinya. Tiap do’a yang kupanjatkan pada Sang Maha Cinta adalah agar
Ia memperkenankan rasa ini hilang jika ia bukan jodohku. Aku bingung harus
memulai semuanya dari mana? Bantu aku ya Allah, Beri ia kesempatan untuk
membuat hati ini sakit agar dinding kebal ini bisa runtuh dengan sendirinya.
Meredamkan semua kembangan asa. Agar aku bisa kembali kepadaMu, tanpa ada noda.
Karena sekali lagi, aku tak ingin merasa kehilangan…
Terkadang mungkin kita akan
memilih disakiti lebih awal dari pada sakit hati saat rasa terlanjur dalam. Memang
itulah, mungkin bagi orang yang tak pernah merasakan cinta, salah satu alasan
terbesarnya adalah merasa TAKUT TERSAKITI. Padahal, terkadang dengan pengalaman
sakit hati, kita bisa lebih berpengalaman dalam memutuskan suatu hal dalam
diri. Tapi mungkin kasusnya berbeda dengan kalimat bercetak miring diatas. “Bantu aku ya Allah, Beri ia kesempatan untuk
membuat hati ini sakit agar dinding kebal ini bisa runtuh dengan sendirinya.
Meredamkan semua kembangan asa. Agar aku bisa kembali kepadaMu, tanpa ada noda”.
Mungkin bisa disimpulkan, menurut dia bahwa dengan disakiti terlebih
dahulu, rasa itu akan mulai mereda. Mungkin rasa itu sudah ditahap hingga
terkadang merusak kekhusyukan sholat atau bisa jadi agak menodai setiap niat
yang harusnya karena Allah? Wallahu’alam bisowab.
Tapi perlu saya katakana, bahwa
tahap ini sangat wajar. Jangan sampai kau menutupi diri, hingga akhirnya
mengelakkan tahap ini. Maka yaitu dia teman-teman, buat semua teman-teman yang
sedang merasakan kegalauan. Mulai sekarang sibukkan dri kalian dengan hal-hal
yang bermanfaat, hingga tak ada waktu kosong yang menjadi celah syaitan
membisiki kpd hati untuk bersikap melankolis. Walau nyatanya pasti setiap orang
merasakan hal itu. Tapi cukup berdoa dan yakinlah pada Allah dengan apa yang
akan terjadi di masa depan. Karena sekali lagi, tulang rusuk tak pernah
tertukar..^^