Senin, 20 Februari 2012

#Masalah hati part 2


Memasuki relung hatiku.. kenapa harus hatiku? Karena dengan aku mengenal hatiku, kadang aku baru bisa menyimpulkan keadaan hati selanjutnya. *apasih?

Hatiku yang kadang bisa mewakili perasaan setiap kaum hawa, karena saya juga kaum hawa. Buat para blogger, hari ini aku mau ngebahas tema.. “Cinta dalam diam”..

Teringat sms dari salah satu sahabat dekatku:
“Jika kau belum siap melangkah dengan seseorang,Cukup cintai ia dalam diam..
Karena diammu adalah bukti cintamu padanya.
Dengan bgitulah kau memuliakan dirinya, karena kau tak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan tak merusak kesucian dan penjagaan hatinya. Dari diammu sungguh telah memuliakan dirinya dan dirimu juga akan terjaga..
 Sebagaimana Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abi thalib yang diam dalam cinta namun akhirnya mereka bersanding di pelaminan . Bersabarlah dalam diammu, karena tulang rusuk tak pernah tertukar. Percayalah  Love Is Beautiful”

Jadi apa itu cinta dalam diam? Perasaan cinta yang tetap ada dalam hati seorang insan, tapi direalisasikan dengan diamnya, agar tidak merusak kesucian dan penjagaan hati dari orang yang ia cintai, karena begitulah cara ia memuliakannya dan mencintainya. Seandainya bisa sekuat Fatimah menahan rasa cinta yang sudah lama bersemi, dan yang harus digaris bawahi adalah HANYA ALLAH YANG TAHU..

Disaat rasanya ingin sekali rasa itu tersampaikan, pastinya ada penyampaian dari lisan agar hati merasa tenang. Terkadang kita masih merasa belum puas menyerahkan semuanya pada Allah, tetap menangis padanya dan lebih tenang dengan menceritakan ke sesama manusia. Dan tak jarang akhirnya saling mengetahui perasaan satu sama lain karena mulut tak bisa terkunci.

Padahal jika kita merasa cukup mengadu padaNya, dan belajar untuk kembali menguasai diri, Allah pasti akan kembali membukakan jalan yang terbaik untukmu. Seperti diri saya sendiri yang kadang belum puas dengan tangisan disetiap sujud. Jika tidak melalui tulisan, mungkin kadang melalui lisan harus saya sampaikan agar dada tidak terasa semakin sesak.

Saya belum lihat dari sisi psikologisnya sih, bagaimana akibat kalau kita menahan rasa yang dalam hingga tak ada seorangpun yang tau kecuali Allah. Tapi intinya Al-qur’an selalu memberikan solusinya teman-teman. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allalh hati menjadi tentaram (QS 13:28), Jadi solusinya memang benar cukup diam dan terus mengingat Allah agar hati kita tentram. Sekarang tinggal kita yakin nggak akan semua itu?? If you believe. Do that way..^^  

Sedikit kata-kata Melankolis, yang bisa jadi hal ini pernah anda rasakan:
Normalkah aku? Jika saat ini, aku masih mengharapkan seorang hamba menjadi pendampingku. Bahkan tak jarang pula anganku terbang dengan sayap asa untuk bersanding dengannya. Sering kali kutepis itu semua dengan kapasitas yang belum pantas menggapainya. Aku tahu ia juga ciptaan Allah, yang selalu memiliki titik kelamahan, tapi semakin hari nampaknya Allah menyempurnakannya di mataku. Enggan ku mendengar orang lain yang datang lebih dahulu menawarkan perahunya, karena aku menginginkan dirinya. Aku berharap yang datang ke rumah adalah orang yang pertama dan terakhir yang pernah datang untuk memintaku, karena nantinya aku berkewajiban untuk mencintainya. Tapi sulit bagiku menghapus rasa yang terlanjur dalam ini. Setiap hari, selalu ku coba untuk menghancurkan tebalnya dinding harapan bersamany. Tapi rasanya paluku hanya karet yang memantul kembali setiap aku berusaha memukulnya. Semakin kuat ku memukul, smakin kuat reaksi kembalinya. Tiap do’a yang kupanjatkan pada Sang Maha Cinta adalah agar Ia memperkenankan rasa ini hilang jika ia bukan jodohku. Aku bingung harus memulai semuanya dari mana? Bantu aku ya Allah, Beri ia kesempatan untuk membuat hati ini sakit agar dinding kebal ini bisa runtuh dengan sendirinya. Meredamkan semua kembangan asa. Agar aku bisa kembali kepadaMu, tanpa ada noda. Karena sekali lagi, aku tak ingin merasa kehilangan…


Terkadang mungkin kita akan memilih disakiti lebih awal dari pada sakit hati saat rasa terlanjur dalam. Memang itulah, mungkin bagi orang yang tak pernah merasakan cinta, salah satu alasan terbesarnya adalah merasa TAKUT TERSAKITI. Padahal, terkadang dengan pengalaman sakit hati, kita bisa lebih berpengalaman dalam memutuskan suatu hal dalam diri. Tapi mungkin kasusnya berbeda dengan kalimat bercetak miring diatas. “Bantu aku ya Allah, Beri ia kesempatan untuk membuat hati ini sakit agar dinding kebal ini bisa runtuh dengan sendirinya. Meredamkan semua kembangan asa. Agar aku bisa kembali kepadaMu, tanpa ada noda”. Mungkin bisa disimpulkan, menurut dia bahwa dengan disakiti terlebih dahulu, rasa itu akan mulai mereda. Mungkin rasa itu sudah ditahap hingga terkadang merusak kekhusyukan sholat atau bisa jadi agak menodai setiap niat yang harusnya karena Allah? Wallahu’alam bisowab.


Tapi perlu saya katakana, bahwa tahap ini sangat wajar. Jangan sampai kau menutupi diri, hingga akhirnya mengelakkan tahap ini. Maka yaitu dia teman-teman, buat semua teman-teman yang sedang merasakan kegalauan. Mulai sekarang sibukkan dri kalian dengan hal-hal yang bermanfaat, hingga tak ada waktu kosong yang menjadi celah syaitan membisiki kpd hati untuk bersikap melankolis. Walau nyatanya pasti setiap orang merasakan hal itu. Tapi cukup berdoa dan yakinlah pada Allah dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Karena sekali lagi, tulang rusuk tak pernah tertukar..^^

Jumat, 17 Februari 2012

#Cerpen keempat


Sapaan Sahabat
Oleh : Yusna Fadliyyah Apriyanti
                Dinding Asrama yang putih bersih akhirnya harus rela menjadi pelampiasan rasa yang sedang memenuhi hati Ica. Dia menggores dinding itu dan menuliskan sebuah kata “Ayah, cepat sembuh. Ica kangen sama Ayah”. Begitulah, perasaan khawatir mampu membawa yang sedang dirasukinya berbuat tanpa memikirkan peraturan yang sudah terpampang di dinding “DILARANG MENCORET-MECORET DINDING!!”.
                Sudah 2 minggu Ica memndapat kabar sendu dari rumah. Ayah harus dirawat di rumah sakit dengan tubuh lemahnya selama dokter sedang melakukan observasi atas keluhannya selama ini. Awalnya Ica hanya menanggap hal itu biasa, tapi semua berubah jadi pilu ketika Ibu menelepon dan meminta do’a Ica, karena diagnosa dokter, ayah mengalami penyakit hepatitis akut. Disaat Ica harus fokus dengan Ujian Nasional yang semakin dekat, disisi lain, ia tidak bisa berhenti memikirkan keadaan Ayah.
***
                Saat upacara berlangsung, tiba-tiba Ica dipanggil ke Pusat Informasi dengan keterangan ‘Bibinya menunggu’. Aku yang saat itu sedang berdiri disampingnya, ikut menemani ke Pusat Informasi. Aku bingung melihat wajahnya yang pucat. Tak berfikir panjang, aku memegang tangannya erat dan mentransferkan ketenangan kepadanya. Dia hanya tersenyum kecil membalasnya.
                “Kenapa Bibi datang?”. Ica gusar saat melihat mata Bibi yang bengkak. Sepertinya ia menyimpan kesedihan yang sangat dalam. Aku tak kuasa menahan hatiku yang semakin tak tenang. “Jangan kabar buruk Ya Allah”, bisikku dalam hati.
                “Ayo kita pulang, Ayah sedang koma di rumah sakit”. Ica menangis lepas. Walau aku sedih melihatnya, tapi hatiku agak tenang karena kabar ini tak seburuk bayanganku. Ica tergagap bingung dibuatnya, aku menarik tangan Ica dan berjanji akan membantu meminta izin pulang oleh pihak asrama. Selama di perjalanan Ica tak berhenti menangis, bahkan makin keras hingga sulit mengatur nafas.
                “Sabar Ica sayang, Innallaha ma’ana”. Aku hanya bisa mengelus pundaknya dan memberikan kekuatan.
***
                Perizinan tak sesulit yang kubayangkan. Aku bahkan diizinkan untuk menemani Ica selama menengoki ayahnya di rumah sakit. Ica berkali-kali berterimakasih padaku, karena aku telah membantunya. Padahal menurutku, hal itu tidak perlu, toh kita memang bersahabat. Menurutku, inilah kewajibanku sebagai seorang sahabat, bukan hanya sekedar simpati.
                Kami segera berangkat menuju rumah sakit. Kenyataan berbeda yang kita dapat. Bibi berbohong pada kami. kita bukan pergi ke rumah sakit tapi pulang ke rumah Ica.  Sesuai dengan firasat awalku. Ica terus menerus menangis, apalagi setelah melihat bendera kuning yang terikat di tiang depan gang rumahnya. Ayah meninggal pagi tadi dan Ibu menyuruh Bibi menjemput Ica dan menyuruh Bibi untuk menutup dulu kabar duka ini.
“Ayah” Ica terus teriak memanggil ayahnya. Bibi yang melihat Ica tak mampu lagi berkata. Aku selalu ada disisi Ica dan mencoba meredakan tangisannya. Tangisan yang memang sulit untuk ditahan, sebuah kesedihan yang merengkuh dirinya jauh kedepan. Sebuah kenyataan pahit yang menelisik ke masa depan, bahwa Ica mulai sekarang menjadi seorang anak yatim.
                Ayah sudah dibalut kain kafan, mereka sekeluarga berencana menguburnya setelah Ica pulang ke rumah. Ibunya terdiam lemah disisi jasad ayah, Kedua kakak Ica memeluk Ica erat tanpa kata. Suasana sore yang sendu di rumah Ica. Sepulang dari pemakaman aku pamit pulang karena memang tak mendapat izin lebih dari pondok. Rasanya ingin terus menemani setiap detik Ica, tapi aku tak kuasa. Besok jadwal terakhir aku mengirimkan syarat-syarat mendapatkan beasiswa ke Universitas impianku, yang sebenernya semua itu masih semu.
                “Ica, aku minta maaf tidak bisa lama menemanimu. Sabar yah sayang, ingat Allah sedang mengujimu. Semua kita akan kembali kepadaNya, insya Allah selalu ada hikmah dibalik ini semua. Aku yakin, Ica pasti bisa kuat mengahadapi cobaan ini. Semangat yah sayang”. Kata-kata semangat mengakhiri pertemuanku dengannya. Ica mengiyakan dan tersenyum dihadapanku. Aku tahu, Ica masih sulit berbicara karena kenyataan ini.
***
                Seminggu setelah itu, Ica kembali ke pondok. Aku menyambutnya dengan senyuman. Teman-teman sekamar sudah ku kondisikan agar selama sebulan ini tidak menyinggung masalah ayah Ica, atau bahkan sekedar bercerita tentang orangtua masing-masing anak. Ica kembali dengan wajah yang murung. Ibunya menitipkan Ica kepadaku, dan memintaku membuat Ica kembali tersenyum. Walau tak menjanjikan, tapi aku mengiyakan permintaanya.
                Nilai-nilai Ica menurun drastis, aku iba melihat keadaanya saat ini. Ica seakan tak punya semangat hidup. Seusai jam sekolah, ia selalu memilih menetap sendiri di dalam kelas dan menyuruhku meninggalkannya. Aku bingung mengahadapi Ica yang dingin. Seusai sholat, selalu ku lihat isak tangis yang menandakan kesedihan yang masih membelenggunya.
***
                Ujian Nasional tinggal satu minggu, kami harus mempersiapkan diri matang-matang. Suatu saat pernah kulihat buku yang penuh dengan coretan di atas meja Ica, disana ada sebuah tulisan yang menyesakkan
                “Ayah, kau inspirasiku. Sekarang aku seperti kehilangan nyawa sepeninggalanmu. Aku belum siap menghadapi Ujian Nasional dan aku pasti akan gagal dalam mendapatkan Universitas nantinya. Aku rindu semangat darimu, yang selalu bisa menyihirku hingga dapat menggapai apa yang kuinginkan. Aku ingin mati juga ayah, jemput aku”
                Walau hanya coretan, tapi bagiku semua ini bermakna dalam. Aku harus segera membangkitkan semangatnya. Masih ada satu minggu untuk membuat Ica kembali sadar mengahadapi kehidupan ini. Aku tahu, Ica bukan orang yang bodoh, ia termasuk santri yang mendapat nilai teratas setiap tahunnya.
***
                Aku menunggu Ica selesai berdoa, dan menahannya di depanku. Dengan nafas panjang dan membaca basmalah. Akhirnya kuluapkan semuanya.
                “Ica! Jangan jadi orang bodoh mengahadapi semua ini”. Hentakku di depannya. Ica terkaget melihat wajah merah padamku.
                “Aku tahu, sulit ditinngal seorang ayah, tapi ingat Ca, kamu masih punya Allah. Walau aku memang belum pernah merasakan kesedihan mendalam ini. Tapi yang aku tahu, semua ini memang hukum alam. Ikhlas Ca, Ikhlas..”. Aku menangis di depannya. Entah dari kapan, semua ini ingin ku ungkapkan tapi selalu ku urung.
                “Maafkan aku, tapi sulit bagiku menyadari kenyataan ini. Aku bingung la, ayah yang membiayaiku selama ini. Kedua kakaku juga masih kuliah La. Aku lebih baik di keluarkan dari pondok ini sekarang dari pada harus menghadapi cita-cita yang tak bisa kugapai nantinya, aku ingin mati La”. Aku tahu, Ica tidak menyadari apa yang sedang ia katakan saat itu. Aku juga tak menyangka bahwa masalahnya serumit ini. Segera kupeluk tubuhnya yang lesu.
                “Maafkan aku Ica, aku kira kau begini karena masih tidak bisa menerima kehendak Allah terhadap Ayahmu, ternyata ada beban yang lebih mendalam dibaliknya. aku janji akan membantumu mencari beasiswa nantinya. Aku rindu semangatmu dahulu kawan. Kembalilah, mari berjuang bersama menggapai kesuksesan itu”.
                “Ia La, terimakasih karena selalu memikirkanku, maafkan aku yang bodoh menghadapi cobaan ini”.
***
                Seminggu kami lewati dengan semangat baru. Ica kembali tersenyum dan menghabiskan waktu dengan buku latihan soal, begitu pula aku. Kita belajar bersama hingga siap menghadapi Ujian Nasional. Ujian Nasional kami lalui dengan jawaban terbaik. Hari demi hari berlalu hingga semua ujian telah terlewati, tinggal tawakal pada Allah dalam menunggu hasilnya nanti.
Ica menceritakan padaku tawaran guru mengikuti tes beasiswa di Universitas Swasta idaman kami. Kami kembali belajar untuk mempersiapkan hari H yang kian datang. Setelah melewati tes-nya, kami kembali mempasrahkan semuanya pada Ilahi. Sebenarnya harapanku baru saja pupus ketika tidak mendapatkan hasil yang baik dari syarat-syarat yang dahulu pernah kukirimkan kepada suatu Universitas Negeri impianku. Tapi rasa kecewa itu terobati dengan mengikuti tes beasiswa ini.
***
                “Lula, kamu lulus tes beasiswa ini dan besok harus sudah mengirimkan identitas lengkapmu ke alamat Universitas Swasta itu”. Kabar gembira itu akhirnya kudengar, setelah Pak Latif guruku memanggilku ke ruang guru.
                “Alhamdulillah, lalu bagaimana dengan Ica pak?”. Tanyaku dengan semangat, aku yakin pasti dia juga berhasil mendapatkan beasiswa ini. Tapi melihat wajah Pak Latif, aku jadi ragu.
                “Maafkan bapak, Ica belum lulus la”. Bapak dengan berat memberitahuku.
                “Kalau begitu, bagaimana kalau saya mengundurkan diri, dan memberikan semua beasiswa ini padanya pak? “. Walau berat, aku tahu beasiswa ini lebih dibutuhkan oleh Ica.
                “Bagaimana kau bisa segampang itu memberikan semua ini pada Ica? Bapak juga tahu kau harus mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studimu nak”. Bapak memang sudah memahami latar belakang keluargaku yang kurang mampu. Tapi setelah kupikirkan dengan matang, aku yakin akan pilihanku ini.
                “Tidak masalah pak, saya yakin bisa mendapatkan kesempatan yang lain. Sedangkan, saya begitu rapuh jika harus menyaksikan kesedihan lagi diraut wajah sahabat saya itu pak. Biarkan saya dan bapak saja yang tahu hal ini”. Aku tersenyum pasti dan memohon dengan pandangan lekat.
                “Baiklah, Ica memang masuk dalam daftar santri cadangan yang mendapatkan beasiswa ini. Bapak do’akan semoga Allah memberikan berkahnya kepadamu yang ikhlas melakukan ini semua”. Jawab Pak Latif dengan bijak.
***
                Sepulang dari ruang guru, aku segera memberitahukan kabar gembira itu pada Ica sahabatku. Ica sangat senang mendengarnya. Saat ia menanyakan bagaimana dengan hasilku, aku hanya mengatakan bahwa aku gagal dan dengan semangat aku meyakinkannya, bahwa Allah pasti akan memberikan kepadaku sesuatu hal yang lebih indah.
                Aku melewati hariku dengan mencari-cari lagi peluang mendapatkan beasiswa. Kebanyakan beasiswa ditawarkan ketika kita telah menjadi mahasiswa disuatu universitas, tapi aku juga harus memperhitungkan biaya awal masuknya jika seperti itu. Aku melewati hariku dengan buku contah soal SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) karena yang kutahu, jalur ini lah yang paling murah untuk tahap awal masuk universitas impianku. Ica selalu menyemangatiku selama itu.
                Sungguh selalu ada rahasia dibalik skenario besarNya itu. Ketika kita ikhlas melepas sesuatu, disaat bersamaan Allah gantikan dengan hal yang lebih indah dari apa yang aku bayangkan. Akhirnya surat syarat-syarat beasiswaku terbalas juga. Aku diterima masuk Universitas Negeri impianku itu tanpa tes masuk apapun. Mereka menerimaku, karena melihat nilai bahasaku yang bagus. Aku sungguh bahagia dengan semua ini. Ica memberiku selamat dan memintaku berjanji tidak akan melupakannya walau nantinya kita akan kuliah di tempat yang terletak jauh.

#Masalah HATI part 1


Hai para blogger yang semoga selalu dalam lindungan Allah. Bagaimana kabar iman? Bagaimana kabar hati? Masihkah ia menunggu sang pujangga? Atau kau telah menemukan cinta sejati? Berbahagialah kalian yang telah disandingkan oleh Allah dengan lelaki yang terbaik. Sejatinya, tidak ada yang menginginkan sendiri di dunia ini. Selalu butuh sandaran sebagai teman cerita, diskusi dan bekerjasama. Huaa.. Buat temen-temen yang mengaku aktivis dakwah pastinya klo ngomongin masalah Hati, nggak bakalan jauh-jauh sama soal NIKAH..

Pernikahan. Siapa sih yang nggak mw melewati proses itu?
Khususnya untuk orang yang masih mengakui adanya Allah dan taat beriman, insya Allah mempunyai impian untuk menjalani proses ini dengan baik. Pernikahan adalah sunah rosul, dimana menjalaninya adalah proses memenuhi setengah diin. Kenapa setengah diin? Karena tidak mudah dalam melaksanakan ibadah ini. Dimana kita harus menyatukan bukan dua insan lagi, tapi dua keluarga. Tapi maaf saya belum bisa menjabarkannya lebih, karena saya pun belum menjalani proses ini.
Setelah membaca buku Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim nya Kang Salim A. Fillah, jadi dapat inspirasi buat nulis masalah sensitive ini. Lumayan bisa jadi peringatan buat temen-temen khususnya aku pribadi. Oke, kita mulai dari anggapan para pemuda tentang pernikahan. Ketika ditanya tentang keinginan menikah, banyak temen-temen aktivis yang menjawab: “Saya ingin menikah, insya Allah nati setelah mengoptimalkan produktivitas da’wah saya. Ada banyak hal yang belum saya lakukan. Kontribusi da’wah saya masih terlalu kecil”. Dari jawaban ini bisa kita simpulkan bahwa anggapan tersebut seakan mengadakan pertentangan tentang produktivitas dakwah dengan pernikahan. Seolah-olah, puncak prestasi dakwah selalu kita raih sebelum kita menikah.

Kata Kang Salim dalam bukunya: “Dalam pengamatan saya, cara berfikir ini bermula dari persepsi bahwa ‘menikah dengan seorang akhwat yang sholihah adalah buah dari da’wah’. Pernikahan dipersepsikan sebagai salah satu terminal perhentian, tempat memetik manfaat. Pernikahan tidak dianggap sebagai bagian dari dakwah. Pernikahan tidak dianggap sebagai episode tempat dua orang saling menguatkan untuk lebih berkontribusi dan ‘berprestasi’ dalam dakwah. Seakan pernikahan adalah episode baru yang -kasarnya- menjdi tujuan dari dakwahnya selama ini”. Kalau baca kata-kata Kang Salim diatas, saya jadi inget kata Ust. Umar Hadi saat mentaujih kita di acara Mukhoyam Madrasah Qiyadah: “Orang-orang yang berdakwah dengan tujuan untuk mendapatkan seorang akhwat maka dia adalah PENJAHAT DAKWAH. Selain itu, PENJAHAT DAKWAH juga adalah orang-orang yang mengkambing hitamkan dakwah, jika nilai-nilai kuliahnya menurun”. Sungguh teguran yang sangat keras untuk kami, saat itu hampir semua peserta menangis mendengar kata-kata Ustad Umar. Saya pribadi jadi bertanya-tanya kembali,sekaligus muhasabah diri, Sudahkah selama ini setiap langkah kita diniatkan hanya untuk Allah? Walau tak dipungkiri, sering saja terbesit niat-niat kedua, ketiga bahkan lebih dari itu, dan sering pula terselipkan VMJ di hati kita. ‘Ya Allah ampunilah diri ini, jika sering niat awal karena Mu tergantikan oleh niat-niat yang lain’. Maka dari itu, solusinya adalah selalu memperbarui niat disetiap langkah dakwah kita.

Kembali ke topik awal, masalah hati. Nah sering kali terselipkan VMJ dikalangan aktivis dakwah. Hasil penilitian saya pribadi, faktor timbulnya VMJ itu ada 3:
1. Sering terjadinya interaksi antara ikhwan dan akhwat diluar konteks dakwah,
2. Adanya rasa senasib antara akhwat dan ikhwan sehingga menyebabkan seringnya Saling CURHAT,
3. Mungkin akhwatnya yang kurang bisa jaga hijab dengan tabaruj nya atau ikhwan yang sering TP (Tebar pesona).
Hayoo kalian termasuk korban nomer berapa? Hehehe. Perasaan suka itu fitrah milik semua insan kawan, yakinlah itu. Hanya saja yang sering kali salah adalah proses kita menghadapi rasa itu. Terkadang karena rasa itu, kita bisa jadi malas dalam bergerak karena fikirin kita menjadi terforsir besar memikirkan masalah hati. Bahkan bisa jadi sebaliknya, semakin semangat bergerak tapi jika ada si dia saja dalam kegiatan-kegiatannya. Duh aduh,, itulah fenomena yang sering terjadi di kalangan anak muda, bahkan aktivispun begitu.

Terkadang ada beberapa orang yang tidak setuju jika saya menulis tentang masalah hati di kalangan aktivis secara jujur. Menurut mereka saya seakan mengumbar aib aktivis di kalangan orang-orang yang selama ini menganggap aktivis baik. Boleh saya katakan bahwa masalah hati ini bukanlah aib, ini adalah rasa yang memang ada untuk manusia normal. Maka dari itu kawan, bisa saya katakan dengan jelas bahwa aktivis adalah manusia normal yang memiliki rasa cinta pula. Bedanya mereka hanya bisa menyimpan rasa itu dan tidak merealisasikanya dengan ‘pacaran’. Tapi tidak sedikit pula yang tidak dapat menahan rasa itu sehingga akhirnya pacaran diam-diam, yang penting ada status diantara mereka, kalau udah ditahap ini sih, saya no comment juga, kembali ke diri masing-masing. Biarkan itu urusan mereka dan Allah. (Nakutin banget sih na ngomongnya,,hehehe). Tapi jangan pernah menjauhi orang-orang yang sudah terlanjur ke tahap pacaran teman-teman. Karena mungkin saja mereka sedang khilaf dan membutuhkan patner tempat mencurahkan semua rasa, atau bisa saja mereka kurang perhatian dari kalian. Jadi menghadapi teman yang sedang menjalani pacaran adalah berikanlah perhatian lebih dan mendo’akanya semoga selalu dalam lindungan Allah. Sehingga tidak sampai terjurumus ke prilaku maksiat.

Sebenernya solusi yang baik buat qolbu yang sedang dilema adalah MENIKAH bila sudah siap. Karena hukum nikahpun ada banyak. Ada yang wajib bila orang itu sudah siap, dan tidak bisa menahan lagi hawa nafsunya. Bisa jadi boleh jika ia sudah siap tapi masih bisa menahan hawa nafsunya, sunah, haram, dll. Tapi buat para sahabat yang terperangkap rasa cinta pada seorang pangeran tapi rasanya belum siap untuk menikah. Maka saran saya adalah carilah kejelekan dia, sehingga saat rasa itu membumbung tinggi ada penawarnya dari diri sendiri. Saya sendiri pernah merasakannya dan bisa dikatakan sedang dalam proses itu, proses mencari kejelekannya. Mencari kejelekan bukan untuk hal yang buruk, karena untuk orang-orang yang sedang merasakannya, pasti tau deh kalau sosok itu selalu sempurna di mata kita. Nah dengan mengetahui kejelakannya itu, kita bisa sadar dan menghilangkan pelan-pelan rasa itu hingga netral deh hatinya. Bolehlah dicoba dulu.hehehe..

Rasa suka itu fitrah kawan-kawan. Dan pastinya kita semua menginginkan akhir yang baik dari kisah cinta kita, yaitu keinginan untuk bisa bersanding dengannya. Inginnya dia yang menjadi jodoh kita. Yah, untuk yang sudah siap, saran saya sih coba saja mengajukan namanya ke Murobiyah kalian.. karena mnurut opini kaka kelas yang saya ajak diskusi, justru murobiyahnya sangat senang jika mad’unya sudah menemukan calon pendampingnya. Yah, setidaknya mengurangi sdikit tanggung jawabnya mencari sosok pangeran buat mad’unya. Walau seperti saya pribadi, inginnya sih dia yang mengawali. Tapi takut semua itu hanya harapan semu jika tidak kita mulai. Sedikit curhatan: Ya Allah jika memang ia jodohku, jagalah hatinya dan hatiku. Mudahkanlah proses kami menuju jalan yang Kau ridhoi, Tapi jika bukan ia jodohku bantu aku menghilangkan rasa itu dari sekarang, agar aku tak pernah merasakan sakit hati kehilangan dirinya” hufhh.. berat memang, jika akhirnya perasaan yang sangat dalam ini harus berakhir dan digantikan dengan pangeran yang lebih baik nantinya. Tetapi dalam hidup selalu ada pilihan antara menikahi orang yang dicintai atau mencintai orang yang dinikahi. Yang pertama hanyalah kemungkinan, sedangkan yang kedua adalah kewajiban. Maka apapun akhirnya nanti insya Allah ikhlas harus mengawali semua prosesnya. Yakinlah Allah lebih tau yang terbaik untuk kita.

Cukup Sekian sedikit bincang-bincang masalah hati part 1, nantikan kelanjutannya.. Salam Blogger..^^



Yusna Fadliyyah Apriyanti

Kamis, 16 Februari 2012

Ayo dukung 14 Februari : HARI MENUTUP AURAT INTERNASIONAL

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh..

VALENTINE = "NO"
MENUTUP AURAT = "Yes"

Hari gini masih ngerayain valentine?? coba kita cek, bagaimana sih sejarah valentine itu? check it out!

Valentine's Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi Kuno dimana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine. Valentine JELAS2 BUKAN BERSUMBER DARI ISLAM!! melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Lebih memprihatinkan, kini hari valentine menjadi hari pencurahan kasih-sayang lewat perzinahan yang dilakukan muda-mudi! Naudzubillah.

Mengaku muslim?? Mari BUANG JAUH2 VALENTINE DAY!!

Islam datang dengan solusi dari berbagai masalah, sebagaimana Allah SWT amat sangat sayang pada hambanya, hingga Ia memerintahkan kaum hawa untuk menutup auratnya. Tahu kenapa?? karena kamu begitu berharga & di luar sana begitu banyak mata yang tidak berhak menikmati kecantikanmu jika kamu tidak menjaganya (meneutup aurat). kejahatan pun kian mengintai kala kau mengumbar auratmu. Karena Allah sayang, Ia perintahkan kita menjaga sesuatu yang amat berharga pada diri kita. Yaitu, kehormatan kita sebagai MUSLIMAH. Maka sudah selayaknya kita menolat Valentine day yang merupakan 'pintu perzinahan' dengan Gerakan Menutup Aurat yang kan menjaga kita dari segala maksiat.. :)

Islam sangat melarang TASYABUH (Menyerupai budaya atau gaya hidup non muslim) sebagaimana sabda Nabi SAW:
"Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka" (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Sebagai Generasi Muda Muslim, selain kita dituntut melek teknologi dan ilmu pengetahuan akibat buntut kemajuan zaman, kita juga dituntut mampu memfilterisasi diri serta lingkungan atau budaya kita dari integritas budaya asing. Jangan mudah terbawa arus modernisasi yang cenderung menyesatkan. Jangan sampai kita sebagai umat Islam hanya bagai buih di lautan, banyak namun mudah terombang-ambing, banyak namun tak memiliki arti.

Untuk para Muslimah:
Dengan kecantikanmu, engkau lebih indah dari matahari..
Dengan akhlakmu, engkau lebih harum dari aroma minyak misik..
Dengan rendah hatimu, engkau lebih mulia dari bulan..
Dengan kelembutanmu, engkau lebih lembut dari rintik hujan..
Maka jagalah kecantikanmu dengan keimanan..
Kerelaanmu dalam menerima apa yang ada dengan senang hati dan harga dirimu dengan jilbab.
Kenakanlah pakaian takwa, Maka engkau akan menjadi wanita tercantik di dunia meskipun baumu terkoyak. kenakanlah mantel kesantunan, agar engkau menjadi wanita tercantik di dunia..

Maka KATAKANLAH: "SAYA BANGGA MENJADI MUSLIMAH"

Mari kita canangkan bersama 14 Februari sebagai HARI MENUTUP AURAT INTERNASIONAL..

Salam juang untuk semua Muslimah di dunia..^^
Jadilah muslimah yang bermanfaat untuk umat!! Jadilah contoh teladan bagi masyarakat!!

E-learning dengan Video Conference dan V-con

Perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah, tepatnya di American Corner lantai 2, Hari ini kami memulai Sesi 1 Kuliah Umum tentang HIV-AIDS yang diadakan oleh UNESCO, KPA, UNAIDS bekerjasama dengan UI dan beberapa Universitas lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Universitas itu antara lain: UGM, UNAIR, Unpad, Undip, UIN Syahid, Gunadarma, Binus, Unand, Unsri, UKI, dan masih banyak lagi. Seperti judulnya, kuliah ini menggunakan Video conference yang diadakan di UI dan dapat disaksikan di berbagai Universitas diatas dalam waktu yang bersamaan, tujuannya adalah agar informasi yang tersampaikan lengkap dan dapat di sampaikan selanjutnya oleh orang sekitar. Karena hasil penilitian dari pihak UNESCO bahwa penyebaran informasi HIV-AIDS secara efektif adalah disampaikan oleh generasi Muda. Faktanya banyak orang tua murid yang menginginkan anak-anaknya mendapatkan pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang cukup di sekolahnya. sedangkan, banyak dari anak murid yang enggan mendengarkan gurunya saat menjelaskan hal-hal yang menurut mereka masih 'tabu' untuk diperbincangkan. Miskomunikasi ini lah yang hendak diperbaiki, agar masyarakat dapat mengetahui informasi mengenai HIV-AIDS secara benar.

Disini kami dijelaskan tentang dua tujuan penyampaian materi. Pertama agar kita pribadi dapat mencegah virus tersebut untuk diri sendiri dan orang-orang terdekeat. Kedua memnuntut kepedulian kita untuk membantu teman-teman atau khususnya anak-anak di luar sana agar mendapatkan pemahaman ttg HIV yang lengkap. Sejalan dengan Millenium Development Goals (MDGs) pada tujuan 6 menyebutkan mengenai upaya memerangi HIV/AIDS. Salah satu upaya yang efektif, komprehensif, cepat, dan terkoordinasi adalah melalui penggunaan media komunikasi pembelajaran materi HIV dan AIDS secara jarak jauh (distance e-learning) bagi generasi muda khususnya saat ini bagi mahasiswa. Hal ini sangat penting guna mendukung program pencegahan secara nasional, menekan stigma, dan diskriminasi, sekaligus meningkatkan lingkungan yang kondusif.

Di sesi 1 Kami mendapatkan materi "Why Talk About HIV and AIDS" yang dibawakan oleh Pak Ahmed Afzal dari UNESCO.  Mengapa pencegahan HIV dan AIDS ini penting? karena biaya pengobatannya sangat mahal, maka untuk lebih hematnya kita harus lebih optimal dalam prevention. Faktanya di Indonesia sudah 30 juta orang yang mati karena AIDS. Harapan dari program ini adalah pada tahun 2014 informasi tentang HIV dan AIDS ini bisa tersebar di Masyarakat Indonesia sehingga dapat mencapat MDG's hingga 95%, dari saat ini hanya 19% yang telah tercapai. Menurut Bapak Ahmed cara pencegahannya ada 5:
1. Condom Use
2. Circumcision
3. One partner
4. Routine Test
5. Mengubah kebiasaan buruk
Dan yang paling terpenting dalam penyebaran ini adalah menekan stigma masyarakat terhadap HIV dengan mengetahui asal-usul penyakitnya sehingga menimbulkan pencegahan dari diri sendiri untuk mendekati hal-hal yang menyebabkan timbulnya virus itu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa informasi ini tidak dapat berarti apa-apa jika tidak ada tindakan aktif dari para informan yang telah mengetahuinya.

Di sesi 2Kami mendapat materi dari Ibu Nafsiah tentang "Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda". HIV & AIDS adalah 2 tahap dari 1 penyakit dengan virus yang menjangkit tubuh adalah HIV dan setelah mengalami proses lebih lanjut sehingga CD4 penderita kurang dari 250 baru penderita dapat dikatakan terkena penyakit AIDS. Dan pada tahap HIV, penderita tidak ada bedanya statusnya oleh penderita penyakit lain seperti diabetes dan Hepatitis C. Permasalahan yang masih jadi penilitian kita bersama adalah mengapa proses menuju tahap AIDS dari HIV pada kasus di Indonesia sangatlah cepat. "Virus HIV TIDAK MUDAH menular, cara penularanya TERBATAS!! BISA dicegah. tetapi sekali ketularan BISA menularkan seumur hidup." kata perwakilan dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ini (KPAN). Dari data yang diberikan dapat dilihat bahwa ada 3,1 juta pria yang "membeli" sex. dan dari 3,1 juta itu ada 230.000 yang menggunakan narkoba jarus suntik yang bergantian, 800.000 orang yang melakukan sex dengan laki-laki, bahkan waria. dan 230.000 Lain, wanita yang menjadi PSK. Ibu Nafsiah membagi pencegahan pada HIV dan AIDS ini pada 3 ranah:
1. Yang berprilaku sehat: Untuk anak-anak dan semua orang yang tidak terkena penyakit HIV dan AIDS agar dapat meningkatkan pendidikan agama, kesehatan reproduksi dan keterampilan hidup, serta belajar mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.

2. Yang Berisiko: Bagi suami dan isti yang mengetahui salah satunya telah memiliki HIV. Sehingga jika berhubungan dapat terjadi penulara. sehingga cara mencegah penularanya adalah dengan meningkatkan pendidikan terhadap penyakit ini, pemeriksaan kesehatan ontensif dan penggunaan kondom.

3. Yang terlanjur sudah terinfeksi: Bagi semua orang yang telah mengetahui bahwa dirinya memiliki virus HIV. Sebagaimana yang kita tahu bahwa jika seseorang terjangkit virus HIV tidak tampak bahwa ia sedang sakit dan tidak dibutuhkan obat untuk menanggulanginya. sehingga solusinya adalah:
1. HEALTH
2. DIGNITY
3. POSITIF
4. Psyco-Social support

Terakhir:
MOTTO: KESEHATANKU: Hartaku, Milikku dan Tanggung jawabku!!
You only have ONE LIFE, Love it!!!

Hari ini banyak hal yang dapat saya simpulkan, tapi yang terpenting adalah pengetahuan untuk semua orang bahwa kondom dibuat bukan untuk meningkatkan free sex style, tapi untuk menanggulangi meningkatnya ODHA (Orang dengan HIV & AIDS) di Indonesia. sehingga yang harus kita evaluasi bersama adalah cara penyampaian pesan pada iklan produk-produk kondom sendiri yang tersirat jelas melegalkan budaya barat di Indonesia. Tugas kita adalah menyampaikan informasi penting ini pada orang terdekat dan banyak orang di seluruh dunia.

Minggu, 12 Februari 2012

Tokoh Utama

Punggungku berat menanggung beban yang entah dari mana menetap diatasnya. menjalani 3 ranah dengan perbedaan ketetapan. komitmen selalu dipertanyakan. Terngiang akan panggilan siaga dari tiap ranah yang sering sumbang karena bersamaan. Terkadang kita harus memilih dengan bebagai pertimbangan. Pilihan selalu ada ditangan insan yang menjalaninya. Tapi apakah selama ini, kita yang menghendaki keadaan atau keadaan yang membentuk kita untuk memilih? Tak jarang pula, akhirnya zona nyaman yang kita ambil.

Kembali ke hakikat dakwah pada zaman Rasulullah. Al-qur'an bahkan diturunkan berangsur-angsur untuk membentuk pribadi muslim yang kuat. Surat-surat Makiyah terlebih dahulu turun untuk meneguhkan keimanan barulah surat madaniyah diturunkan untuk menegakkan syariat. Betapa taat dan kuatnya sahabat-sahabat di zaman dahulu memegang komitmen muslim sejati.

Secelup kisah dari kami yang sedang terombang ambing dalam sebuah kontraversi. orang-orang di atas yang sedang merancang skenario cantik yang membuahkan ketidak nyamanan. Padahal semua hasilnya telah jelas, mengapa harus di pertanyakan kembali?

Detik dan detik berlalu, sebuah proses terus berjalan menuju kedewasaan. keterpedulian akan sebuah komitmen membawa kepada keputusan yang harusnya menjadi persetujuan bersama, tapi enyah karena sebagian sikap yang acuh tak acuh. Lelah bukan sebuah alasan untuk seorang pejuang kebenaran. Tapi terkadang semua merasa bukan perannya hingga tak ada yang mau menjadi Tokoh Utama. Akhirnya lahirlah sebuah ketidakpedulian yag merajai. Tidak pernah ingin memulai bahkan untuk sedikit bersimpati. Solusi yang dibutuhkan tak pernah menjadi hasil.

Dan kini, ketika semuanya tak bisa lagi dipilih. Menjalani tugas atas kehendakNya dan selalu pasrah dalam melangkah. Harusnya ada keikhlasan dan kesabaran yang menyertainya, tapi semua menguap seketika saat tuntutan datang dari ketiga ranah yang ingin diprioritaskan. Keadaan dibuat semakin pelik hingga kita sulit bernafas dlm menghembuskan setiap keputusan.

Satu tahun, sudah cukup menjadi pelajaran bagiku. Idealisme yang menjadi angan untuk menyatukan keduanya. Tapi ternyata selama ini menjadi persoalan yang meradangi berjalannya denyut dakwah ini. Tapi memilih kadang bukan menjadi solusi, karena keduanya membutuhkan perhatian dan pemikiran besar dalam melaksanakannya. Mungkin pembagian potongan puzzle adalah jalan terbaik untuk menuju satu gambar yang indah dari gabungannya.

Kadang jenuh, kadang ragu, tergugu akan keadaan yang melaju. Karena kita bukan gambar yang bisa di copy-paste. Kita bukan robot yang bisa diperintah seenaknya. Apalagi budak yang siap diperintah majikannya.

Menjalaninya dan tetap menjalaninya. Persoalan sebenernya keluar dari setiap emosi individu. Perasaan yang kalut akan amanah yang sebenarnya belum jadi bebannya. Prioritaskan apa yang memang harus diprioritaskan. Dan memulai semuanya dari akhir yang hendak kita tuju. Hendak kemana daratan yang menjadi sebuah tujuan perjalanan ini.

Jangan pernah berhenti berangan untuk suatu hal yang baik, kemudian memulai proses pencapaiannya dari sekarang. Inilah perjuangan yang tak akan pernah menjanjikan keuntungan pada aktor-aktornya. Hanya karena Indahnya keabadian syurga yang menjadi obor yang membara dalam hati.

Teruslah berjuang kawan, sampai dakwah ini terasa bukan hanya pada kita tapi tiap diri para insan. Walau terkadang ketetapan itu pahit, keputusan itu pahit. Bukan keluar dari masalah solusinya, karena memang jalan ini tidak pernah menjanjikan sebuah kepastian. Semua adalah cita-cita yang ingin kita capai bersama. Hanya terkadang waktu yang membedakan tentang kesiapan. Tapi karena bersama kita bisa menjalaninya. Karena memang keputusan itu selalu memikirkan berbagai aspek yang tak jarang kita tak sependapat. Teruslah menjadi Tokoh Utama dari tahapan menjalani keputusan itu.