Selasa, 17 Juni 2014

Engkau Ditakdirkan Untukku

Subhanallah walhamdulillah..
Sungguh kata syukur terus terucap dalam relung jiwaku, terus menatap masa depan bersamamu.
Detik-detik waktu yang sakral itu, terus menerus terngiang dalam benakku, mengubah suatu hal tabu menjadi ladang pahala yang berlimpah ruah. Tak pernah terbayangkan segalanya terasa sangat cepat bergulir, aku dan kamu yang dahulu hanya bisa tertunduk malu saat tatapan tak sengaja bertemu, kini berada bersama dalam waktu, rasa dan cita. Aku terus bersyukur pada Allah, karena dahulu semua ini hanya mimpi. Aku terus bersyukur pada Allah, karena semua ini ternyata butuh pengorbanan dan perjuangan yang tak mudah, namun atas izinNya, ia kokohkan terus niatan suci ini, hingga 6 bulan waktu seakan terasa cepat berlalu.

Aku dan kamu. Dahulu hanya masing-masing pribadi insan yang terus melaju mengejar masing-masing impian, tak ada yang tahu, walau dimulai dari rasa yang telah lalu, namun akhirnya bersanding dalam ikatan suci ini. Hanya merasa dan berharap seorang diri dan menyimpan segala rasa yang mulai merekah sejak 2 tahun yang lalu, pada saat awal kita bertemu.

Jodoh memang rahasia ilahi, dulunya terus kucoba tepis segala rasa, bahkan aku mulai menjauh untuk mencoba menetralkan segala kegundahan hati. Aku dan kamu, kita masing-masing sadar bahwa semua ini hanya rasa manusiawi, yang fitrah dan tak boleh di maki. sadar dengan sangat, bahwa segalanya bergantung bagaimana kita memanajemen rasa. aku terdiam dalam duniaku dan kamu juga begitu. namun, ternyata getaranya sama-sama kuat pada masing-masing kita.

ketika niat itu muncul, keseriusan mulai memaksaku untuk mengambil sikap atas segala kegundahan jiwa, aku berazam untuk mencoba maju lebih dulu. karena aku sadar, perasaan ini cukup menjadi penghalang dalam menjemput jodoh dari Allah. Aku siap dengan segala hasil yang nantinya aku dapatkan, sambil kembali berfikir siapalah diri ini. Keseriusan niat itu baru kita rasakan, ketika kita siap menerima apapun hasilnya, apakah bahagia ataupun kecewa. Ternyata disaat yang sama, Allah mengetuk pula pintu hatimu untuk juga mengambil sikap. Kau hadir lebih dulu dan dengan gagah mengutarakan maksud itu..

Sungguh Luar Biasa, bila hati memang dekat dengan Rabbul Izzazi, semua terasa begitu haru. Aku terpaku melihat pesan yang mewakili sebuah niatan suci. Semua itu hadir, seakan menjadi jawaban atas tangisan lirih dalam setiap istkharahku. Dan proses mulai bergulir perlahan tapi pasti, dengan terus menyerahkan diri pada Allah. karena semua hal ini, kami lakukan karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah. Mengharap segalanya bisa berlaju cepat, karena bila Barakah segalanya akan mudah.

Alhamdulillah, 8 JUNI 2014, janji itu terikrar. Aku merasakan haru biru ketika sebelumnya kau penuhi permintaanku dengan mentasmi'kan surat An Najm. mengapa surat An Najm? karena didalamnya terdapat peringatan untuk terus bertawakal kepada Allah, karena apa yang kita cita-citakan setinggi langit sekalipun, tidak akan terjadi bila Allah tidak menghendaki. Dan begitu banyak malaikat yang Allah berikan syafaat namun tidak dapat berguna tanpa seizinNya. Dan apa yang telah diusahakan itu akan dinampakkan dan memperoleh pembalasan yang setimpal dan kembali kepada Allah semuanya, yang mana ketika itu munculah tertawa dan menangis akibat pembalasan tersebut, karena Allah lahyang mematikan dan menghidupkan, yang menciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan, dan air mani tatkala dipancarkan, yang manaAllah telah menetapkan kejadian-kejadian, yang memberikan kekayaan dan kecukupan.

Tak perlu menghitung menit, karena ketika kamu berjabat tangan dengan ayahku, aku melihat betul bagaimana paras beliau yang kuat memberikan amanah selanjutnya kepadamu. karena ia tahu, ketika semua ijab dan qobul telah dibacakan, berpindah sudah tanggung jawabnya selama ini. Aku tahu, butuh proses yang sangat panjang memang, ketika diawal kau hadir dalam mengutarakan niatmu hinga hari ini. hari dimana, aku menjadi amanah untukmu. Perjalanan yang tidak mudah di depan mata harus dilalui oleh sepasang anak muda berumur 22 tahun.

saat diawal kutatap wajahmu, hatiku mulai ragu dan bertanya "Apakah aku bisa mencintainya? mencintai orang yang ada di hadapanku ini" karena aku tahu, bahwa selama ini perasaan suka itu lahir secara alamiah karena mengagumi akhlakmu. Tapi, pernahkah aku menanyakan hatiku, apakah aku bisa mencintaimu. Namun hari ini, aku ingin kembali menceritakan segalanya karena telah aku rasakan sekarang. Aku sangat mencintai Imamku, Imam yang Allah takdirkan untukku ini. Hari demi hari dalam mengenalmu, dan kamu mengenalku, aku mulai jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Tiap hari, rasa itu semakin baru, dan aku terus menerus membangun cinta bersamamu. Mensyukuri setiap nikmat yang Allah beri, karena Ia takdirkan Kau untukku. Sungguh, aku baru merasakan perbedaanya, bagaimana dahulu dalam malu aku menyimpan rasa, cukup Allah dan hatiku yang tahu, dan saat ini aku ingin mengatakan bahwa rasa itu berbeda dengan perasaan saat ini. karena saat ini, aku mencintainya dengan rasa yang lebih dari sekedar suka dahulu.. ternyata itulah nikmatnya bila kita mencintai pasangan yang ditakdirkan Allah untuk kita. Terimakasih atas segala cinta yang telah kau berikan sayang, Cinta dalam kesabaran dan kebahagiaan. Cinta yang terus mengajarkanku agar dapat dekat dengan Sang Penggenggam Hati. Sungguh aku bersyukur kau hadir dalam hidupku.

Teruntuk suamiku, imamku, belahan jiwaku yang dengan bersamanya akan kupenuhi setengah diin yang lain, aku sungguh bahagia Allah takdirkan Engkau untukku. Semoga rasa cinta ini, terus mekar dan tak akan pernah pudar sampai kita kembali dipertemukan di JannahNya. Ya Alla
h, jadikan kami pasangan dunia dan akhiratMu.. :')

Engkau Ditakdirkan Untukku

Subhanallah walhamdulillah..
Sungguh kata syukur terus terucap dalam relung jiwaku, terus menatap masa depan bersamamu.
Detik-detik waktu yang sakral itu, terus menerus terngiang dalam benakku, mengubah suatu hal tabu menjadi ladang pahala yang berlimpah ruah. Tak pernah terbayangkan segalanya terasa sangat cepat bergulir, aku dan kamu yang dahulu hanya bisa tertunduk malu saat tatapan tak sengaja bertemu, kini berada bersama dalam waktu, rasa dan cita. Aku terus bersyukur pada Allah, karena dahulu semua ini hanya mimpi. Aku terus bersyukur pada Allah, karena semua ini ternyata butuh pengorbanan dan perjuangan yang tak mudah, namun atas izinNya, ia kokohkan terus niatan suci ini, hingga 6 bulan waktu seakan terasa cepat berlalu.

Aku dan kamu. Dahulu hanya masing-masing pribadi insan yang terus melaju mengejar masing-masing impian, tak ada yang tahu, walau dimulai dari rasa yang telah lalu, namun akhirnya bersanding dalam ikatan suci ini. Hanya merasa berharap seorang diri dan menyimpan segala rasa yang mulai merekah sejak 2 tahun yang lalu, pada saat awal kita bertemu.

Jodoh memang rahasia ilahi, dulunya terus kucoba tepis segala rasa, bahkan aku mulai menjauh untuk mencoba menetralkan segala kegundahan hati. Aku dan kamu, kita masing-masing sadar bahwa semua ini hanya rasa manusiawi, yang fitrah dan tak boleh di maki. sadar dengan sangat, bahwa segalanya bergantung bagaimana kita memanajemen rasa. aku terdiam dalam duniaku dan kamu juga begitu. namun, ternyata getaranya sama-sama kuat pada masing-masing kita.

ketika niat itu muncul, keseriusan mulai memaksaku untuk mengambil sikap atas segala kegundahan jiwa, aku berazam untuk mencoba menawarkan diri lewat perantara. karena aku sadar, perasaan ini cukup menjadi penghalang dalam menjemput jodoh dari Allah. Aku siap dengan segala hasil yang nantinya aku dapatkan, sambil kembali berfikir siapalah diri ini. Karena keseriusan hati itu baru kita rasakan, ketika kita siap menerima apapun hasilnya, apakah bahagia ataupun kecewa. Ternyata disaat yang sama, Allah mengetuk pula pintu hatimu untuk juga mengambil sikap. Kau hadir lebih dulu dan dengan gagah mengutarakan maksud itu..

Sungguh Luar Biasa, bila hati memang dekat dengan Rabbul Izzazi, semua terasa begitu haru. Aku terpaku melihat sebuah surat yang mewakili semua niatan suci. Semua itu hadir, seakan menjadi jawaban atas tangisan lirih dalam setiap istkharahku. Dan proses mulai bergulir perlahan tapi pasti, dengan terus menyerahkan diri pada Allah. karena semua hal ini, kami lakukan karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah. Mengharap segalanya bisa berlaju cepat, karena bila Barakah segalanya akan mudah.

Alhamdulillah, 8 JUNI 2014, janji itu terikrar. Aku merasakan haru biru ketika sebelumnya kau penuhi permintaanku dengan mentasmi'kan surat An Najm. mengapa surat An Najm? karena didalamnya terdapat peringatan untuk terus bertawakal kepada Allah, karena apa yang kita cita-citakan setinggi langit sekalipun, tidak akan terjadi bila Allah tidak menghendaki. Dan begitu banyak malaikat yang Allah berikan syafaat namun tidak dapat berguna tanpa seizinNya. Dan apa yang telah diusahakan itu akan dinampakkan dan memperoleh pembalasan yang setimpal dan kembali kepada Allah semuanya, yang mana ketika itu munculah tertawa dan menangis akibat pembalasan tersebut, karena Allah lahyang mematikan dan menghidupkan, yang menciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan, dan air mani tatkala dipancarkan, yang manaAllah telah menetapkan kejadian-kejadian, yang memberikan kekayaan dan kecukupan.

Tak perlu menghitung menit, karena ketika kamu berjabat tangan dengan ayahku, aku melihat betul bagaimana paras beliau yang kuat memberikan amanah selanjutnya kepadamu. karena ia tahu, ketika semua ijab dan qobul telah dibacakan, berpindah sudah tanggung jawabnya selama ini. Aku tahu, butuh proses yang sangat panjang memang, ketika diawal kau hadir dalam mengutarakan niatmu hinga hari ini. hari dimana, aku menjadi amanah untukmu. Perjalanan yang tidak mudah di depan mata harus dilalui oleh sepasang anak muda berumur 22 tahun.

saat diawal kutatap wajahmu, hatiku mulai ragu dan bertanya "Apakah aku bisa mencintainya? mencintai orang yang ada di hadapanku ini" karena aku tahu, bahwa selama ini perasaan suka itu lahir secara alamiah karena mengagumi akhlakmu. Tapi, pernahkah aku menanyakan hatiku, apakah aku bisa mencintaimu. Namun hari ini, aku ingin kembali menceritakan segalanya karena telah aku rasakan sekarang. Aku sangat mencintai Imamku, Imam yang Allah takdirkan untukku ini. Hari demi hari dalam mengenalmu, dan kamu mengenalku, aku mulai jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Tiap hari, rasa itu semakin baru, dan aku terus menerus membangun cinta bersamamu. Mensyukuri setiap nikmat yang Allah beri, karena Ia takdirkan Kau untukku. Sungguh, aku baru merasakan perbedaanya, bagaimana dahulu dalam malu aku menyimpan rasa, cukup Allah dan hatiku yang tahu, dan saat ini aku ingin mengatakan bahwa rasa itu berbeda dengan perasaan saat ini. karena saat ini, aku mencintainya dengan rasa yang lebih dari sekedar suka dahulu.. ternyata itulah nikmatnya bila kita mencintai pasangan yang ditakdirkan Allah untuk kita. Terimakasih atas segala cinta yang telah kau berikan sayang, Cinta dalam kesabaran dan kebahagiaan. Cinta yang terus mengajarkanku agar dapat dekat dengan Sang Penggenggam Hati. Sungguh aku bersyukur kau hadir dalam hidupku.

Teruntuk suamiku, imamku, belahan jiwaku yang dengan bersamanya akan kupenuhi setengah diin yang lain, aku sungguh bahagia Allah takdirkan Engkau untukku. Semoga rasa cinta ini, terus mekar dan tak akan pernah pudar sampai kita kembali dipertemukan di JannahNya. Ya Alla
h, jadikan kami pasangan dunia dan akhiratMu.. :')