Rabu, 13 Juni 2012

We're Proud to be a Pharmacist


 
Kalau dengar tentang  farmasi, apa sih yang teman-teman pikirkan? Pasti berhubungan dengan bahan-bahan kimia dan obat-obatan atau tak jarang beberapa orang menyebutnya “tukang obat”. Tapi, tahukah kawan bahwa sebenarnya cakupan farmasi itu lebih luas dari itu, di farmasi kita belajar tentang tiga bagian: obat-obatan, kosmetik, dan makanan. Kalau dilihat dari segi mata kuliahnya, banyak hal yang dapat kita ketahui dalam membicarakan tiga bagian itu. Misalnya kita belajar tentang anatomi tubuh manusia yang nantinya dapat dihubungkan dengan proses disolusi obat dalam lambung dan pembuluh darah atau patofisiologi suatu penyakit. Kita juga dapat belajar tentang jenis-jenis tumbuhan, bagaimana morfologinya dan kandungannya yang berpotensi sebagai bahan-bahan yang bermanfaat dalam bidang kefarmasian. Tak jarang pula kita mempelajari daftar pra-formulasi suatu senyawa zat aktif dan menentukan formulasinya dengan mempertimbangkan sifat fisika senyawa obat yang dapat kita pelajari di farmasi fisik, atau sifat kimia suatu obat yang akan kita pelajari di kimia organik.
            Pernahkah kalian mendengar kalo farmasi atau apoteker itu gak akan diakui masyarakat? Atau pernahkah kalian berfikir kalo apoteker itu kelas dua atau kesekian dibanding profesi kesehatan lainnya?  Pernah mencoba bertanya ke rakyat dipingggir jalan apakah mereka ngerti apoteker itu apa, dan dapet jawaban "Yang jualan obat mahal itu kan mbak/mas?" Pernah berpikir kenapa dunia farmasi di Indonesia gak berkembang dan dapet jawaban karena industri yang gak berbasis research?

Realitanya memang gak banyak orang yang faham apoteker itu kerjanya apa. Banyak masyarakat terdidik yang udah melek berita, tahu kalau selama ini apoteker gak pernah ada di apotek untuk bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di apaotek. Kita banyak dihujat, karena membuat obat harganya mahal. Kita kecurian orang luar negeri yang lebih mau meneliti resep-resep obat tradisional dibanding kita sendiri. Bahkan PP 51 yang mengatur tentang keprofesian kita "digoyang" oleh beberapa pihak karena banyak yang gak suka keprofesian apoteker berjalan tegak sebagaimana mestinya. Menyedihkan banget ya jadi apoteker? Namun apakah kita generasi mudanya mau berdiam diri aja? Enggak kan?

            Farmasi ini dunia kita kawan, Indonesia itu Negara kita, dan nilai-nilai islam harusnya bisa kita tanamkan dalam pelaksanaannya. Cuma kita yang ngerti proses perjalanan suatu obat dalam tubuh. Kita juga lho yang bisa ngatur cara pemakaian obat yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker merupakan garda terdepan dalam proses terapi pasien. Delapan puluh persen biaya terapi adalah harga obat. Kita yang bisa mengusahakan obat murah dan berkualitas buat masyarakat. Jamu dan obat tradisional? Cuma Farmassi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang menanamkan nilai-nilai islam dan thibun nabawiy dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, ditambah lagi dengan adanya PKL atau praktek langsung di Rumah Sakit waktu semester delapan. Itu bisa membuat mahasiswa lebih memahami kondisi di lapangan yang sesungguhnya. Kalau di universitas lain gak ada praktek di Rumah Sakit, adanya waktu profesi apoteker. Belum lagi Farmasi UIN termasuk universitas dengan alat-alat instrument yang sudah lengkap, jadi masih minder jadi anak Farmasi? Apalagi farmasi UIN Syarif Hidayatullah?  Kelaut aje..hehe. Udah bertahun-tahun Farmasi Indonesia berdiri, tapi kenapa dunia farmasi masih gini-gini aja?

            Kita juga sebenarnya punya peluang besar untuk memperbaiki hubungan dengan profesi kesehatan yang lain. Gimana enggak? Di UIN itu farmasi dibawah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, dimana di dalamnya terdapat profesi kesehatan yang lain, seperti pendidikan dokter, keperawatan dan kesehatan masyarakat. Dan memang suatu peluang besar untuk kita agar bisa bekerjasama, bersinergis dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Sudah cukup dinding batasan diantara kita, karena terkadang timbul perasaan bahwa mereka lebih hebat dan memiliki peran penting dalam dunia kesehatan atau memandang remeh profesi mereka. Gimana Farmasi mau maju, kalau selama perjalanan pelayanan kesehatannya masih ada perasaan seperti diatas? Kita semua punya peran penting dalam dunia kesehatan jika kita bisa menyadari hakikat kita di dunia hanya manusia yang lemah yang memiliki tujuan yang sama, membawa Indonesia menjadi Negara sehat.
                                                               
            Semua persoalan itu balik lagi ke diri kita masing-masing. Kita punya segalanya, Indonesia itu termasuk Negara maju yang kaya tumbuh-tumbuhan yang masih menyimpan banyak rahasia dibalik tampilannya. Kita bisa buat obat-obatan yang baik dan murah sehingga membuat masyarakat masyarakat sehat dan sejahtera. Lalu apa lagi yang dipermasalahkan? Masih mau nyalahin pemerintah dengan semua kejadian ini? Kenapa gak kita mulai dari diri kia sendir? Kita yang katanya farmasis muda, calon apoteker terbaik bangsa! Sudah cukup menyalahkan generasi tua, sudah cukup kita menutup mata, hati, dan telinga atas apa yang terjadi di Indonesia. Kita sebagai generasi muda harus berani dan bangga sebagai calon garda terdepan perbaikan kesehatan Indonesia. Kita gak akan pernah diakui kalau kita sendiri gak percaya diri dan menghargai profesi kita sendiri. Just say it loud, in your heart or around the world, We're proud to be a Pharmacist !!!