Sabtu, 19 Oktober 2013

Ujian Cinta Nabi Ibrahim as

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS.At Taubah:24)


Setelah diselamatkan oleh Allah dari kobaran api Raja Namrud karena meruntuhkan berhala-berhala, Nabi Ibrahim as menjadi teladan pejuang penegak Tauhid. Puluhan tahun berikutnya adalah masa-masa menyebarkan ajaran Islam bagi Khalilullaah, Sang Kekasih Allah. Puluhan atau bahkan ratusan tahun menyeru kepada agama Allah di tengah kejahilan manusia merupakan tugas yang diemban ‘sendirian’ oleh Nabi Ibrahim as.

Ketika usianya telah menua, keinginan dan harapan untuk memperoleh keturunan semakin besar. “Rabbii hablii minash shalihiin.” Ya Tuhanku, karuniakanlah untukku anak yang shalih, demikian pinta dan doa Nabi Ibrahim as.
Di luar dugaan, karena beliau dan istrinya telah sama-sama berusia lanjut, Allah mengabulkan permohonan tersebut. “Maka kami sampaikan berita gembira kepadanya berupa anak yang shabar.” Bagi Nabi Ibrahim as, Ismail bukanlah sembarang putra, ia adalah jawaban dari bertahun-tahun pengharapan, balasan dari berabad penderitaan, cahaya mata, dan mimpi jadi kenyataan.

Sedikit banyak, Ismail menjadi harapan besar dan curahan cinta dari Nabi Ibrahim as. Seluruh jiwanya seakan terpatri kepada putra semata wayangnya ini.
#UJIAN PERTAMA
 
Tetapi Allah tidak membiarkan keadaan seperti itu berlangsung lama. Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi untuk dijauhkanlah Ismail bersama Hajar. Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Lalu dii tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.

Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Hajar Berkata : "Mengapa kau tega meninggalkan kami disni?", lalu dia mengulangi pertanyaan itu hingga dua kali, dan Nabi Ibrahim tetap saja diam sambil menyembunyikan kesedihanya yang mendalam, sampai akhirnya Hajar mengganti pertanyaannya "Apakah ini perintah Allah? Jika ini perintah Allah laksanakanlah, karena Aku yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya"

Lalu nabi Ibrahim berkata:"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggannag untanya kembali ke Palestin. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:" Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu."

 #UJIAN KEDUA

Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.

Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
 
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:"Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ujian cinta yang sangat berat tekah dilalui dan diajarkan oleh
Abu Al-Anbiya Nabi Ibrahim dengan tetap melaksanakan perintah Allah walau dia harus dijauhkan oleh anak yang selama ini ia tunggu-tunggu kehadirannya dan kemudian perintah untuk menyembelihnya ini. Sungguh cinta Ibrahim kepada Allah lebih besar dibanding cintanya kepada seluruh apapun didunia. Keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan,  

Sebagai penutup, marilah kita intropeksi diri, sudahkah kita mengenal Allah, Tuhan kita, secara utuh, sehingga melahirkan mahabbah (rasa cinta) yang benar-benar terhadap-Nya? Sebab realitas saat ini, banyak orang mengaku Muslim, tapi mereka tampil sebagai penentang Tuhan yang mereka sembah. Banyak orang mengaku cinta pada agamanya dan cinta pada Allah, namun antara lisan dan hatinya tak sesuai dengan ucapannya. Banyak orang memburu wanita pujaanya, bahkan rela mengorbankan nyawanya sendiri. Namun ketika mereka mengaku cinta pada agama dan Tuhannya, tak mampu mengorbankan dirinya sebagai ungkapan "cinta" itu. Semoga bisa meniru Nabiullah Ibrahim alaihi salam. Sehingga selalu dapat bersyukur atas segala cobaan yang Allah beri yang masih sangat jauh dari beratnya ujian orang-orang terdahulu.

sumber :
1. http://majelisribaathulmuhibbiin.blogspot.com/2013/10/ujian-cinta-nabi-ibrahim-as-sang.html
2. http://kisah25nabi.blogspot.com/2007/12/nabi-ismail-as.html
3. http://www.hidayatullah.com/read/14525/06/12/2010/meniru-perilaku-


Jumat, 04 Oktober 2013

#CollaborationInExcellence


         Lembaga Mahasiswa tingkat fakultas ada sudah pasti untuk melayani, adanya menginspirasi dan adanya mengintegrasi. Cita-cita dan harapan seluruh mahasiswa butuh fasilitator untuk terus diasah dan dikembangkan. Sebuah perubahan tidak akan berarti, bila hanya mengandalkan satu orang saja. Semua proses butuh komitmen kebersamaan dan saling bekerjasama. Karena ADA saja, tidak cukup bila tidak mulai melakukan AKSInya dari sekarang. FKIK terdiri dari 4 Jurusan (Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Keperawatan dan Kedokteran), setiap program studi memiliki kompetensinya masing-masing, namun pernahkan berfikir untuk apa kita disatukan disini? dalam satu fakultas?
            
           Kita dikumpulkan untuk berkolaborasi, saling membantu dan saling melengkapi kawan. Tidak ada yang lebih unggul disini, yang ada adalah profesional di tiap bidangnya. Tanpa dipungkiri Dunia Kesehatan pun, tidak hanya membutuhkan salah satu dari kita saja. Dunia Kesehatan membutuhkan Tenaga Kesehatan yang dapat BERKOLABORASI. Sehingga prinsip IPE (Interprofessional Education) bisa perlahan menjadi budaya dan kedepan bisa kita terapkan di dunia kesehatan yang nyata.

       Profesional dapat dirasa karena adanya KOLABORASI PERAN di dalam suatu organisasi tersebut. Hingga tak perlu takut dengan adanya irisan, karena disanalah sistem itu diinginkan berfungsi. Hingga adanya menghasilkan langkah yang sama, perjuangan yang satu dan ukhuwah yang terukir mendalam. Rasa itu hidup dan terus berkembang karena adanya asa yang kuat untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk sesama. Saling melengkapi dan menutupi setiap kekurangan satu sama lain.

        Karena Excellence itu bukan menjadi ambisi satu orang, tapi menjadi TUJUAN dan GOAL yang ingin kita capai. Mungkin saja kita perlu mundur 3 langkah untuk maju 5 langkah bersama-sama. Tak ada yang perlu ditakuti. Kritikan dan Nasihat adalah hal kecil yang harus kita terima dengan lapang saat kita berazam selalu ingin memberikan kerja yang terbaik. Duri cemooh menjadi hal lumrah dalam berorganisasi, karena tak ada yang sempurna di dunia ini. Hal yang paling menyakitkan adalah ketika merasa tertinggal atau ditinggal, saat tim tak lagi merangkul kepingan-kepingan semangat yang perlu di motivasi.  Karena itu KOLABORASI menuntut kita untuk peduli akan sesama dan selalu berusaha menjaga kesatuan tim yang telah dari awal kita bentuk.   

      Namun Tag line ini bukan bercerita tentang internal BEM FKIK saja,  tapi kita secara keseluruhan, Keluarga Besar Akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Bila ada tali yang dapat selalu menghubungi setiap komunikasi antara mahasiswa 4 jurusan, dosen, dekanat, staff, OB, satpam dll dan menginisiasi kita untuk terus berkolaborasi, insya Allah kedepannya kesejahteraan akan dirasakan oleh kita semua. Dari kita, untuk kita dan oleh kita semua dengan tetap selalu mengharap Ridho Allah.

           Semoga #CollaborationInExcellence ini bisa diterapkan oleh setiap elemen yang ada di FKIK. Hingga tercipta selalu hubungan yang baik antara kita. Semangat!! Hidup Mahasiswa!!