Senin, 28 Mei 2012

Tanggung Jawab Social Media Terhadap anak

       Ciputat. Sabtu. 26 Mei 2012 . Sebanyak kurang lebih 100 peserta dari kalangan mahasiswa, guru, aktivis organisasi pemuda ,LSM dan media menghadiri acara peluncuran Media Cinta Anak (Mata) yang diprakasai oleh Kammi Daerah Tangerang Selatan, acara yang diadakan bersama BEM Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah ini berlangsung di ruang auditorium lantai 2 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Peluncuran yang diawali dengan Diskusi Publik bertajuk Tanggung Jawab Sosial Terhadap Anak  yang membahas bagaimana tanggung jawab media massa seperti televisi, radio, koran dan online dalam memenuhi hak anak untuk menghindarkan mereka dari tayangan yang mengandung unsur negatif pornografi, kekerasan , mistis , dll. Salah satu hak  yang terangkum dalam 31 hak anak dalam UU Nomor 23 Tahun 2002. MATA adalah lembaga yang berkonsentrasi untuk mengadvokasi hak anak dari media massa dan menumbuhkan sikap kritis masyarakat terhadap isi dari media massa yang tersebar.

      Ketua Media Cinta Anak Tsurayya Zahra mengatakan bahwa media massa seharusnya tidak memikirkan keuntungan materi tanpa memperhatikan dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan terlindungi dari konten negatif khususnya pornografi.  “Anak adalah peniru yang paling ulung, saat ini mereka dipaksa mengonsumsi budaya pornografi yang bertentangan dengan sosiologis, psikis dan tumbuh kembang anak. Seringkali juga mudah ditemukan berbagai adegan televisi yang vulgar dan menampilkan kekerasan. Kasus pemerkosaan terhadap anak yang dilakukan oleh sekelompok siswa SD di Palembang setelah menonton tayangan porno pada april 2011 lalu adalah dampak dari industri pornografi yang harus kita sudahi” ujar Tsurayya Zahra yang juga memimpin Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak KAMMI Daerah Tangerang Selatan ini. “Diperlukan kepedulian dan sinergi antara orang tua, pemerintah dan pemilik modal untuk melindungi anak – anak bangsa” tambahnya.

       Diskusipun berjalan dengan menarik, Azimah Soebagijo mewakili Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat yang membawakan materi tentang mengapa pornografi bermasalah mengatakan bahwa kita harus waspada dengan materi – materi pornografi yang tersebar di berbagai media dengan akses yang begitu mudah dan murah serta mengajak untuk peduli dengan mencegah pornografi di lingkungan sekitar. Suasana diskusi semakin menarik ketika Muthia Esfand , penulis buku Women Self Defense berbagi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditemuinya dikarenakan konten media porno serta bagaimana cara menanganinya. Muthia Esfand yang akrab dipanggil Mbak Muthia menyebutkan data LBH APIK menjabarkan 56 % kasus perkosaan bukan karena pakaian minim, namun karena tontonan pornografi.

Acara ditutup dengan pembagian doorprize buku Women Self Defense serta ramah tamah.

sumber: http://www.kammi-tangsel.or.id/tanggung-jawab-social-media-terhadap-anak/

Rabu, 09 Mei 2012

Resume: Membangun Kesolidan dalam Dakwah

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."  
(QS. Yusuf: 108)

Kesolidan dalam dakwah akan terbentuk bila kita dapat menyamakan visi, misi, dan tujuan dalam pelaksanaan dakwah itu sendiri. Adanya perbedaan dalam semua itu sangatlah wajar terjadi. Begitulah niat yang sering terombang ambing menyertai niat awal kita. Karena ketika ditanyakan kembali kepada diri pribadi, untuk apa kita berdakwah? Pertanyaan ini kiranya akan sulit dijawab. Berbagai niat baik telah mengawali kita menjalani langkah ini, tapi tak jarang hal lain sering menyertainya. Ingin meneruskan prestasi organisasi, ingin dikenal dengan gelar anggota dari suatu organisasi, atau ada juga yang ingin mendapat ikhwan atau akhwat sebagai pendamping hidupnya. Semua inilah yang harus kita pahamkan kembali untuk membentuk sebuah kesatuan dalam dakwah.

Hasil survei membuktikan bahwa tingkat konsumen pada rakyat Indonesia sangatlah tinggi, hal ini sering kali dibuktikan oleh para aktivs dakwah sendiri, yang lebih memilih mendapatkan ilmu dari pada mengajarkannya. Padahal selain kita mendapatkan ilmu, kita wajib menyebarkannya 

Tipe manusia dapat dibagi tiga, pemikir, pekerja dan pejuang. Pemikir adalah orang yang sering menjadi konseptor tapi terkadang dalam kerja dilapangannya payah. Sedangkan Pekerja adalah orang-orang yang beranggapan bahwa rapat itu tidak penting, saat rapatpun bisa jadi ia hanya fokus dengan makanan yang disediakan, tetapi ketika diamanahkan suatu pekerjaan untuk dia, pekerjaan itu akan cepat terselesaikan. Tipe terakhir adalah tipe pejuang, Seorang pejuang adalah seseorang yang dapat menjadi konseptor dan ketika dalam pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik, contoh dari tipe pejuang itu adalah Rasulullah. Jadilah seseorang yang memiliki tipe pejuang ini, karena tipe pejuang adalah orang-orang yang kehadirannya selalu dinantikan dan ide-idenya selalu menjadi inspirasi untuk banyak orang.

Jalan dakwah ini bukanlah jalan yang penuh wangi bunga, karena jalan dakwah ini relatif penuh ujian. Sekarang setelah mengetahui semua ini, apa yang akan kamu lakukan?

Dakwah itu terbagi dua, ada dakwah ammah dan dakwah khusus. Dakwah umum adalah dakwah tanpa adanya hubungan intensif antara da'i dan mad'unya. Sedangkan dakwah khusus adalah dakwah kepada orang-orang yang ingin bersungguh-sungguh menjalankan islam, dan tugas lembaga dakwah sendiri mayoritas adalah pada dakwah khusus. Bagaimana cara kita menyambut semangat yang telah lahir dan menjaga keistiqomahan amal dari setiap orangnya. Dakwah khusus dan dakwah umum ini dapat di filosofikan sebagai sayap burung yang selalu bergerak beriringan.Jika ada satu bagian yang patah, maka burung itu akan susah terbang, karena pastinya ia mengalami ketimpangan dalam membawa tubuhnya. Jadi dakwah khusus dan umum ini harus berjalan beriringan walau pada prosesnya lebih diutamakan pada dakwah khususnya.

PERAN MUROBI
Murobi itu memiliki peran yang lebih khusus, sebagai Qiyadah, Ustadz, Walid, dan sahabat serta orang tua dari adik mentornya. Peran multifungsi ini menyebabkan seorang murobi memiliki berbgai keterampilan : memimpin, mengajar, membimbing, dan bergaul. 

Just Know: Amerika ternyata sudah menerapkan sistem mentoring. Dari hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa 10-20 tahun yang akan datang, penjara-penjara di Amerika akan dipenuhi oleh anak-anak remaja, maka untuk memperbaiki moral remaja Amerika, mereka membuat sistem mentoring dengan menyeleksi mentor-mentor yang akan mengajar dan diberi upah. bahkan Amerika yang bukan Negara Islam, bisa menerapkan nilai Islam, bagaimana dengan kita?

Karena karakter maksiat selalu menuntut lebih dari para pelakunya, jika mulai mencoba keburukan pasti pribadi akan meminta lebih dari apa yang telah kita perbuat..


Maka Solusi Kongkret dari semua permasalahan diatas adalah DAKWAH FARDHIYAH,
Sebagaimana Allah meninggikan derajat para murobi melalui suratnya :

"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7)

yuk dari sekarang kita terapkan sistem MLP (Multi level pahala), jangan biarkan ilmu yang kita dapatkan berakhir di kita sendiri, tapi jadikanlah itu mengalir. Karena apapun yang mengendap akan menimbulkan penyakit, oksigen yang mengendap pada pembeluh darahpun dapat menyebabkan inflamasi kan, apalagi ilmu. Jika ilmu diendapkan saja pada diri kita, dijamin g akan bertahan lama dan tidak bermanfaat. 

Karena dengan menjadi murobi, secara tidak langsung kita membina diri kita sendiri. Tarbiyah itu bagikan bermain biola, harus ada kesinergisan di setiap bagian dari biola it agar dapat menghasilkan suara yang bagus dan enak di dengar. 


"Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah, dan jangan pernah menyerah untuk mencoba.. Maka jangan katakan Tuhan aku punya masalah, tapi katakan pada masalah, aku punya Allah yang Maha segalanya.. "(Ali bin Abi Thalib)

Jadi kalau kita tidak mencoba membangun generasi dari zaman ini, apa kabar masa depan??