Makna Cinta yang Mempesona
Oleh: Yusna
Fadliyyah Apriyanti
“Sudah tiga
tahun lamanya kita bersama, di hari jadi kita ini, bersediakah engkau
menikahiku?”. Tanya Tania dengan mantap saat ditelepon. Entah apa yang
membuatnya terburu-buru menanyakan hal ini pada Arga kekasihnya. Baru saja satu
bulan setelah mereka lulus SMA dan masuk universitas yang berbeda.
“Kau
meragukan kesetianku Nia?”.Tanya Arga yang dibuat bingung oleh pertanyaanya.
Baru tadi siang mereka merayakan hari jadi mereka. Tiba-tiba Tania menguraikan
kebahagiaan itu dengan tawaran yang tidak mudah ia terima.
“Aku hanya
ingin masih melihat masa depan, tapi detik ini semua kutawarkan dengan segala
asa kepadamu. Aku hanya manusia lemah dengan segala kekurangan. Tak ingin
melaknati penciptaan diri, tapi inilah yang terjadi. Aku tunggu jawabanmu setelah
tiga hari”. Tania menutup telepon dengan segera. Perlahan matanya mulai
meleleh, semua kegelisahan seakan hadir menemani ungkapannya tadi. Allah telah
merencanakan semua yang tak mampu ia tolak, perlahan tapi pasti. Semua sesak di
dada akhirnya keluar sudah, walau tak janjikan penyelesaian akan luka yang saat
ini terbalut mendalam.
***
Walau
bingung, Arga tetap pada keteguhannya untuk tidak menikah di usia dini.
Bayangkan, baru saja ia mendapatkan cita-cita terbesarnya menjadi Mahasiswa di
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tak segampang itu meruntuhkan semua
cita-citanya dengan memenuhi keinginan Tania. Baginya permintaan itu suatu hal
yang tidak berlandaskan. Walau sentuhan rasa kesedihan itu tersampaikan, tapi
semua itu tertolak dengan logikanya yang mendambakan kesuksesan yang tinggi.
Tania melewati tiga hari dengan
pengharapan yang tak kunjung datang. Baginya mudah saja menjelaskan alasannya,
tapi tidak untuk orang yang diyakini benar-benar mencintainya. Kini sudah dua
malam setelah tawaran itu terucap ia bermunajat dengan Robbnya. Ada secercah
harapan yang ia pinta, mendapatkan jawaban atas masalahnya selama ini. Ia yakin
seseorang yang sudah 3 tahun mengisi hari-harinya akan datang dan menerima
tawarannya itu di esok hari. karena itulah satu-satunya jawaban atas beban yang
menungganginya saat ini.
***
Setelah dua
bulan tidak berkomunikasi, tiba-tiba facebook
dihebohkan dengan undangan pernikahan Tania. Yah, secepat itu Tania memilih
menikah dengan orang lain tanpa sedikitpun meminta izin pada Arga. Kehebohan
itu diperkuat dengan datangnya surat undangan di rumahnya. Rasanya semua itu
hanya mimpi. Banyak orang yang heran dengan tindakan kilat Tania, apalagi saat
di SMA mereka termasuk pasangan serasi yang selalu dibicarakan dimana-mana,
karena paras mereka yang tampan dan jelita.
“Ga, beneran
Tania mau nikah?”
“Ga, lo kok
cepet banget putus sama dia?”
“Gila lo
sob, Tania bisa selingkuh di belakang lo?”.
“Kenapa bisa
begini bro? lo g pernah cerita kalau udah putus sama Tania, kalau bilang kan,
bisa jadi nama gue yang di undangan”.
Semua
testimoni menghujani mereka, tapi tak ada satupun dari mereka berdua yang
menjawab kebingungan semua orang. Arga-pun kaget dibuatnya, bukan ini yang dia
harapkan. Dia masih mencintai Tania, dan berhenti menghubunginya sementara
karena ingin Tania sadar kalau mereka masih terlalu muda untuk menikah. Berita
ini seakan menghancurkan perasaannya, menukik tajam kedalam relung hatinya, dan
membuat angannya kembali ke tiga tahun kebersamaan bersama Tania. Mengingat
janji-janji yang sudah terlanjur ia lontarkan, dan unkapan niat ingin menikahi
Tania setelah menjadi seorang dokter. Mengapa Tania begitu ceroboh menerka
perasaan Arga? Arga masih sangat mencintai Tania. Tiga tahun yang tak bisa
dengan mudah ia lupakan. Kenangan suka duka bersama, saling mengenal bagai
pasangan yang memang sudah disatukan Tuhan.
***
Sore itu, di teras rumah Tania, Ghina
sedang duduk menunggu Tania dengan menerka-nerka. Ghina adik perempuan Arga
yang hanya berbeda satu tahun dengan Tania.
“Kak Tania, katakan padaku kalau
berita itu bohong”. Ghina merampas tangan Tania terburu dan menggenggamnya erat
meminta pengakuan. Tania tak bisa menahan buliran air mata yang sesak ia tahan
sejak mengetahui kedatangan Ghina. Ghina memang sudah seperti adik kandungnya
sendiri. Sulit rasanya jika harus mengulang perasaan masa lalu lagi saat sedang
ia coba mengubur rasa.
“Maafkan aku Ghina. Aku tidak bisa
berbohong padamu”. Deras sudah air mata mengalir dari keduanya.
“Ia, tapi kenapa kak?”. Ghina kembali
menatap lekat Tania, padahal sudah sejak tadi Tania enggan memandang mata itu.
“Suatu hari kau akan tahu, semua ini
keputusanku dan kakakmu. Kita berdua. Aku hanya ingin kau tahu Ghina, walau
akhirnya aku tidak bersanding dengan kakakmu, jangan pernah menganggapku orang
lain. Karena aku akan selalu menjadi kakak perempuanmu”. Tania memeluk erat
Ghina. Memang keduanya dekat semenjak Arga menjadi pacar Tania, tapi tidak
semudah itu memutuskan tali silaturahmi diantara mereka setelah Tania menikah
dengan orang lain nantinya.
***
12 Desember 2012, Akhirnya Tania sah menjadi istri Umar, lelaki yang dipilihnya melewati
jalan ta’aruf yang ditawarkan oleh kakak pembimbingnya. Tidak membutuhkan waktu
lama untuk mengenalnya. Karena di ta’aruf tidak butuh banyak pertanyaan yang
diajukan. Cukup yang penting dan kembali menyerahkan semua hasilnya pada Allah.
Karena Allah lah yang memberikan ketetapan hati pada Tania. Dengan tulus ikhlas
sebulan selama penantian selalu ia isi dengan siraman rohani dalam lingkaran
ukhuwah. Saudara-saudara yang dengan sabar menuntunnya kembali ke jalan
kebenaran. Mengenal lebih dekat dengan Penciptanya. Mengajarinya mengenakan
penutup kepala hingga mencapai ketenangan hati. Dengan satu kakak pembimbing
yang diakui sudah mumpuni dalam masalah Syariat Islam walau tidak menentang
keterbatasannya sebagai manusia biasa. Semua masalah yang ia alami, ia
sampaikah juga dan selalu disambut dengan bantuan solusi-solusi yang tak
sekedar simpati. Mereka orang-orang yang selama ini menemani Tania dalam
meneguhkan iman dan kembali menyerahkan semua masalahnya pada Allah. Hingga
akhirnya lewat jalur itulah ia berkenalan dengan Umar.
Lelaki baik yang menerima Tania apa
adanya. Ia tak melihat dari perangai karena mereka tetap dipertemukan dalam
hijab diantara keduanya. Hanya berbekal biodata dan keyakinan kepada Allah, ia
meyakini Tania sebagai jodohnya, setelah melewati proses ta’aruf, nadzar dan
akhirnya meng-khitbah-nya. Menanyakan
banyak hal tentang Tania melewati teman dekatnya, tidak langsung bertanya.
Menghormati Tania dengan segela kerendahan diri. Umar tidak pernah
mempermasalahkan masa lalu Tania yang kelam.
Dan terbukti, ternyata lewat jalan
ini Tania mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Ia bersyukur masih diberikan
kesempatan untuk mendapat hidayah dari-Nya. Tania berusaha menjadi istri yang baik
bagi Umar. Tania tetap menjalani kuliahnya dan Umar mengambil magisternya sambil menyambi kerja lain
dan menulis.
Setahun kemudian mereka berdua
dikaruniai seorang anak perempuan yang manis sebagai syarat Tania terbebas dari
belenggu penyakit yang selama ini menungganginya. Semuanya pun kembali normal.
“Aku hanya memintanya mengeluarkan ganasnya monster itu dalam rahimku, namun ia
lebih memilih dirinya sendiri. Memang inilah jalan hidayahku, terimakasih ya
Allah” bisiknya dalam hati. Menciumi buah hati yang menjadi penyelamat
hidupnya, setelah memberikan kurma yang sudah ia gigit dibawah lidah si bayi. Umarpun
memberi nama anak itu As-Syifa. Karena kehadiranya menyelamatkan insan yang
lain.
***
Sementara
itu, Arga menjalani hari-harinya dengan luka mendalam di masa lalu. Kebingungan
dan kebodohannya akan keguguhan logika yang sangat menyakitkan. Walau tetap
menjalani hidup dalam pengharapan jawaban atas kerikil keniscayaan. Sapaan rasa
dan dambaan ekspresi yang tak lagi akan ia miliki. “Apa salahku ya
Allah?”Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dalam relung kehampaan hati.
“Kak, ini
surat dari kak Tania”. Ghina menghamburkan lamunan Arga.
“Kenapa baru
sekarang kau serahkan ini padaku Ghin?”. Tanya Arga, segera mengambil surat itu
dari tangan Ghina dan membacanya.
Assalamu’alaikum wr. wb
Teruntuk Arga yang telah memberikan pelangi di
hari-hariku yang kelam.
Mungkin selama ini kau bingung dengan keputusanku yang
terburu-buru. Atau kau benar-benar menghindariku karena kau ternyata tak
seberani yang kubayangkan. Terimakasih atas cinta yang selama ini kau beri. Aku
tahu dan aku percaya semua itu asli. Tapi menurutku antara orang berhasil dan
gagal hanya ada satu yang membedakan, yaitu keberanian. Masih ingatkah
kata-kata terakhirku saat dahulu aku memintamu menikahiku?
“Aku hanya ingin masih melihat masa depan, tapi detik ini semua
kutawarkan dengan segala asa kepadamu. Aku hanya manusia lemah dengan segala
kekurangan. Tak ingin melaknati penciptaan diri, tapi inilah yang terjadi”
Kau tahu kenapa aku berkata seperti itu ga? Aku sedang menderita kista.
Dan dokter menyuruhku untuk segera menikah dan melahirkan seorang bayi agar
tumor itu bisa keluar bersama dengan bayi yang akan ku lahirkan nantinya. Aku
memikul itu sendiri di usiaku yang belum mencapai 20 tahun. Saat itu hanya kau yang
bisa kuharapkan. Disaat 3 hari penantian kau tak kunjung memberi kabar, aku
mulai gelisah dan pasrah pada Allah. Aku tahu perasaanmu yang bingung, tapi
inilah keputusanku ga. Maafkan aku yang tidak bisa menjelaskan ini sebelumnya.
Saat ini aku sudah bahagia dengan jodoh yang diberikan Allah padaku.
Semoga kau bisa menerima semua ini dan Semoga Allah mempertemukanmu dengan
orang lain yang lebih baik dariku. Aku hanya manusia biasa yang menjalankan
kehidupan sesuai skenarioNya. Maafkan aku..
Tania
Pecah sudah pertahanannya dalam
menahan semua rasa selama ini. Hari ini semua teka-teki itu terjawab sudah.
Penyesalan akan keegoisan merasuki relung-relung jiwa dalam menerima pahitnya
kenyataan ini.
“Kak Tania menyuruhku memberikan
surat ini saat ia sudah melahirkan anak pertamanya kak, maafkan aku”. Ghina
hanya bisa menahan semua yang ia saksikan saat itu agar tidak menambah luka di
hati kakaknya.
“Ia Ghina, terimakasih. Aku memang
bodoh. Kapan Tania melahirkan?”. Arga mencoba menguatkan dirinya.
“Hari ini kak”. Setelah menjawab
Ghina langsung pamit dan pergi agar Kak Arga tidak menyadari buliran yang sudah
mulai keluar dari matanya.
***
.: Termiakasih atas surat itu, Semoga
kau bahagia dengan malaikat kecil baru
yang akan menghiasi harimu. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan
pada keluargamu. Do’akan aku sabar dalam menunggu bidadari yang dijanjikan
Allah kepadaku:. Sms Arga terakhir untuk Tania.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar