Rekaman Aksi Tolak WTA, 19 September 2012 di JCC
Kejadian itu begitu tak terduga, seluruh
perabotan acara yang terbuat dari alumunium jatuh dan menimpa massa yang sedang
mempertahankan posisinya dan begitu seterusnya. Mengikuti arus massa, awalnya
tak berniat untuk maju melangkah, tapi serentak dengan kegeraman para aparat akhirnya
mereka mereka menjadi beringas dengan kuat mendorong kami. Regina salah satu
Mahasiswa UI 2012 menjadi korban dalam kejadian ini.
Pada saat itu
massa yang ada di posisi depan adalah border laki-laki dan dilapisi border perempuan.
Sesaat kukira kami akan terus maju dan menerobos aparat, tapi ternyata Kak Yudi
(Komando dari UI) menyuruh kita untuk mundur, tapi tak disangka saat kita
mundur dan berusaha mempertahankan posisi, aparat malah mendorong lebih kencang
lagi dan akhirnya massa terjatuh dan saling tumpuk menumpuk, disusul dengan
jatuhnya perabotan acara. Aku sendiri yang berada dilapisan kedua gusar juga,
barisan border yang kuat terlepas dan berserakan, aparat dengan beringas
menambahi memukul massa laki-laki.
Komando dengan sigap menyuruh massa berkumpul mundur dan duduk sebagai tanda
kami menyerah sesaat, agar aparat juga berhenti menyerang massa. Saya bingung
dan kesal, diikuti dengan tangisan kawan-kawan sekitar. Saya hanya bisa terus
menyalurkan semangat dan menenangkan mereka.
Begitulah
kira-kira klimaks kejadian siang hari itu, dimana sebelumnya kami berada di
luar pagar JCC. Berkumpul di depan gerbang utama bersama dengan massa dari
Uhamka dan UMJ beserta organisai masyarakat lainya. Dalau satu tujuan menyeru
untuk Gagalkan WTA atau World Tobacco Asia yang kali kedua diadakan di Indonesia.
Ironisnya kenapa harus selalu di Indonesia? Semua massa akhirnya berjalan dalam
satu borderan menuju gerbang samping dekat gedung JCC. Massa terus menerus
disemangati oleh komando pusat yang dipegang oleh Bapak Fuad Baraja. Mahasiswa
UIN, UMJ, dan UHAMKA bergantian orasi diatas mobil untuk terus menerus
menyemangati massa. Sempat juga massa beringas, sebabnya polisi yang berjaga
tak juga memberikan kami izin masuk untuk menyerukan aspirasi rakyat.
Sejujurnya saja pribadi memaklumi keadaan itu, keadaan kegalauan polisi dimana
hatinya berpihak pada kebenaran tapi ia harus bekerja sesuai apa ia dibayar.
Disana sempat
massa mendorong gerbang hingga hampir saja gerbang itu hancur dan roboh, polisi
kembali mengingatkan agar tidak merusak fasilitas karena akan melanggar
undang-undang demokrasi di Indonesia. Komandopun kembali mengingatkan agar kita
terus mengutamakan aksi damai, tanpa merusak fasilitas. “Dorong boleh, tapi jangan rusak yah”, Pak Martinpun mengingatkan. Sebagian
dari massa di luar gerbang, berangsur-angsur diambil untuk akhirnya masuk
kedalam dan melepaskan almamater sejenak.
“Disana kami masuk sendiri-sendiri dan ketika
di dalam, langsung kami menggaet tangan sesame massa yang sedang membuat
borderan, disana mereka bertugas menghalangi pengunjung untuk masuk melalui
pintu utama, dan saat ke pintu samping, pengunjung dihadapkan dengan massa aksi
yang menyorakkan kata-kata “Tolak WTA”, “Gagalkan WTA”, “Go Home”,”Go to Hell”.
Sehingga tercapailah tujuan membuat
pengunjung tidak nyaman datang ke acara WTA tersebut. ”Ujar salah satu
kawanku saat ia termasuk bagian dari massa yang disuruh masuk sendiri-sendiri
kedalam.
Setelah adzan
dzuhur berkumandang, massa diarahkan untuk sholat dan makan dulu. Usaha kita
pastinya akan sia-sia tanpa kekuatan do’a. Karena hanya Allah lah yang mampu
membukakan pintu hati para penjajah itu. Setelah selesai, kami diperintahkan
untuk masuk berlima-lima dan melepaskan almamater sejenak, saat sudah sampai
almamaer kembali dikenakan dan bergabunglah bersama massa dari UI yang sudah
mendahului aksi di dalam. Kagumnya disana komando dipegang oleh Mahasiswa UI,
perwakilan dari BEM KM hingga BEM UI ikut turun aksi, Kak Faldo Milano dan Kak
Azhar Nurun Ala ikut memanasi semangat massa. Segera kami massa yang tadinya di
luar pagar bergabung dengan massa dari UI hingga terasa persatuan itu dimana
saat saya menjadi border, samping kiri saya Berjaket Kuning dan samping kanan
saya berjaket hijau, tanpa harus heran kami tetap bergaet tangan dengan kuat membentuk
borderan yang tak terkalahkan.
Perwakilan
mahasiswa terus menerus beradu argument agar tujuan kita tercapai, WTA ini
dihentikan dan mereka berjanji tidak akan mengadakan WTA di Indonesia. Tapi
tetap saja mereka tidak mau berjanji, akhirnya massa gusar juga. Tak pernah
habis semangat ini, apalagi selalu dibakar dengan lagu-agu perjuangan Totalitas
Perjuangan, Buruh Tani, Hitam Putih, dan Darah Juang. Taktik dari komando UI
pun mulai berhasil kita jalankan ketika akhirnya massa yang banyak berhasil
menerobos pintu masuk JCC karena konsentrasi aparat lebih diarahkan ke pintu
kiri yang sedang di dobrak oleh barisan kuat mahasiswa laki-laki. Mungkin
banyak massa yang masuk terjepit di pinggiran pintu, tapi kesakitan itu
kemudian hilang dengan semangat kesatuan dalam borderan massa saat dikumpulkan
didalam. Yah, akhirnya kami berhasil masuk kedalam.
Aksi itu menjadi
aksi terbesar dalam hidup saya pertama kali, dimana sebelumnya saat mengikuti
aksi BBM saya berada dalam barisan akhwat KAMMI yang selalu dijaga dalam
borderan, hingga tak pernah menyentuh suatu kerusuhan dibarisan depan. WTA
adalah isu yang sejujurnya baru saya ketahui saat ada panggilan aksi WTA dipertengahan
Ramadhan, saat itu saya masih keheranan dengan isu ini, tapi setelah diskusi
dan banyak dijelaskan oleh kakak-kakak yang telah mendahului gerakan tobacco
control akhirnya saya setuju dan ikut bergabung dalam barisan mereka, saat itu
saya mewakili Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syahid.
Mulai saat itu
saya berazam untuk menyebarkan semangat itu, semangat untuk menolak kedzoliman
yang dilegalkan oleh pemerintah. Semangat yang akhirnya membawa saya menulis
tentang Tolak WTA di bulletin Farmasi dan menyemangati teman sekelas untuk ikut
andil dalam gerakan aksi Tolak WTA ini. Sulit memang, dimana isu WTA ini hanya
besar di sebagian jurusan saja. Kami mahasiswa Farmasi yang sering kali disibukkan
dengan laporan praktikum, jarang sekali peduli akan isu ini. Tapi hari itu saat semangat saya sedang
menggebu, saya kumpulkan teman-teman yang memang vocal diangkatan dan
dilanjutkan dengan melobby semua dosen yang mengajar hari rabu, menggeser
jadwal praktikum dan akhirnya menggerakkan kesadaran kawan-kawan untuk ikut
aksi. Juga memasuki kelas-kelas tiap jurusan disetiap angkatan dan diakhiri
dengan mengumpulkan massa di auditorium FKIK. Dan pagi itu, dimana orang-orang
masih enggan menggerakkan badannya, kami MAHASISWA FKIK UIN siap berangkat
menuju JCC dengan membawa 150 massa aksi.
Yah walaupun
pada aksi ini didapatkan hasil yang kurang memuaskan, tapi akhirnya kami
menyadari bahwa semua ini memang tugas besar kita. Melihat dari keputusan yang
disampaikan oleh kak Azhar di depan massa aksi dan juga dituliskan dalam
websitenya http://azharnurunala.com/2012/09/tragedi-regina-ketidakjelasan-regulasi-rokok-di-indonesia/ Pihak WTA berjanji untuk tidak mengadakan WTA kembali di
Indonesia di 2014 dan selanjutnya, WTA 2012 tidak bisa kita gagalkan karena
Mr. Ian Faux mengatakan bahwa“We are legal here, If you wanna protest, Just protest to your government” Yah memang kata-katanya itu benar, kita harus menjadi
garda terdepan dalam mengatasi isu ini, hingga presiden SBY mampu
menandatangani RPP Tembakau, dan sampai saat itu terjadi kami
sebagai MAHASISWA tidak akan diam saja, karena kami akan terus mengawasi dan
mendorong agar pemerintah sadar bahwa sudah saatnya kita keluar dari kekangan
Industri Rokok. Karena Indonesia tidak BODOH, dan pemuda Indonesia harus bebas
dari racun rokok yang mampu menghancurkan penggunanya kurang dari 5 tahun.
see-->
Yusna Fadliyyah Apriyanti, Departemen Kemahasiswaan BEM FKIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar