Sabtu, 22 September 2012

Jejak Mahasiswa FKIK UIN dalam Aksi Tolak WTA


Rekaman Aksi Tolak WTA, 19 September 2012 di JCC
  

           Kejadian itu begitu tak terduga, seluruh perabotan acara yang terbuat dari alumunium jatuh dan menimpa massa yang sedang mempertahankan posisinya dan begitu seterusnya. Mengikuti arus massa, awalnya tak berniat untuk maju melangkah, tapi serentak dengan kegeraman para aparat akhirnya mereka mereka menjadi beringas dengan kuat mendorong kami. Regina salah satu Mahasiswa UI 2012 menjadi korban dalam kejadian ini.

Pada saat itu massa yang ada di posisi depan adalah border laki-laki dan dilapisi border perempuan. Sesaat kukira kami akan terus maju dan menerobos aparat, tapi ternyata Kak Yudi (Komando dari UI) menyuruh kita untuk mundur, tapi tak disangka saat kita mundur dan berusaha mempertahankan posisi, aparat malah mendorong lebih kencang lagi dan akhirnya massa terjatuh dan saling tumpuk menumpuk, disusul dengan jatuhnya perabotan acara. Aku sendiri yang berada dilapisan kedua gusar juga, barisan border yang kuat terlepas dan berserakan, aparat dengan beringas menambahi  memukul massa laki-laki. Komando dengan sigap menyuruh massa berkumpul mundur dan duduk sebagai tanda kami menyerah sesaat, agar aparat juga berhenti menyerang massa. Saya bingung dan kesal, diikuti dengan tangisan kawan-kawan sekitar. Saya hanya bisa terus menyalurkan semangat dan menenangkan mereka.

Begitulah kira-kira klimaks kejadian siang hari itu, dimana sebelumnya kami berada di luar pagar JCC. Berkumpul di depan gerbang utama bersama dengan massa dari Uhamka dan UMJ beserta organisai masyarakat lainya. Dalau satu tujuan menyeru untuk Gagalkan WTA atau World Tobacco Asia yang kali kedua diadakan di Indonesia. Ironisnya kenapa harus selalu di Indonesia? Semua massa akhirnya berjalan dalam satu borderan menuju gerbang samping dekat gedung JCC. Massa terus menerus disemangati oleh komando pusat yang dipegang oleh Bapak Fuad Baraja. Mahasiswa UIN, UMJ, dan UHAMKA bergantian orasi diatas mobil untuk terus menerus menyemangati massa. Sempat juga massa beringas, sebabnya polisi yang berjaga tak juga memberikan kami izin masuk untuk menyerukan aspirasi rakyat. Sejujurnya saja pribadi memaklumi keadaan itu, keadaan kegalauan polisi dimana hatinya berpihak pada kebenaran tapi ia harus bekerja sesuai apa ia dibayar.

Disana sempat massa mendorong gerbang hingga hampir saja gerbang itu hancur dan roboh, polisi kembali mengingatkan agar tidak merusak fasilitas karena akan melanggar undang-undang demokrasi di Indonesia. Komandopun kembali mengingatkan agar kita terus mengutamakan aksi damai, tanpa merusak fasilitas. “Dorong boleh, tapi jangan rusak yah”, Pak Martinpun mengingatkan. Sebagian dari massa di luar gerbang, berangsur-angsur diambil untuk akhirnya masuk kedalam dan melepaskan almamater sejenak.

Disana kami masuk sendiri-sendiri dan ketika di dalam, langsung kami menggaet tangan sesame massa yang sedang membuat borderan, disana mereka bertugas menghalangi pengunjung untuk masuk melalui pintu utama, dan saat ke pintu samping, pengunjung dihadapkan dengan massa aksi yang menyorakkan kata-kata “Tolak WTA”, “Gagalkan WTA”, “Go Home”,”Go to Hell”.  Sehingga tercapailah tujuan membuat pengunjung tidak nyaman datang ke acara WTA tersebut. ”Ujar salah satu kawanku saat ia termasuk bagian dari massa yang disuruh masuk sendiri-sendiri kedalam.

Setelah adzan dzuhur berkumandang, massa diarahkan untuk sholat dan makan dulu. Usaha kita pastinya akan sia-sia tanpa kekuatan do’a. Karena hanya Allah lah yang mampu membukakan pintu hati para penjajah itu. Setelah selesai, kami diperintahkan untuk masuk berlima-lima dan melepaskan almamater sejenak, saat sudah sampai almamaer kembali dikenakan dan bergabunglah bersama massa dari UI yang sudah mendahului aksi di dalam. Kagumnya disana komando dipegang oleh Mahasiswa UI, perwakilan dari BEM KM hingga BEM UI ikut turun aksi, Kak Faldo Milano dan Kak Azhar Nurun Ala ikut memanasi semangat massa. Segera kami massa yang tadinya di luar pagar bergabung dengan massa dari UI hingga terasa persatuan itu dimana saat saya menjadi border, samping kiri saya Berjaket Kuning dan samping kanan saya berjaket hijau, tanpa harus heran kami tetap bergaet tangan dengan kuat membentuk borderan yang tak terkalahkan.

Perwakilan mahasiswa terus menerus beradu argument agar tujuan kita tercapai, WTA ini dihentikan dan mereka berjanji tidak akan mengadakan WTA di Indonesia. Tapi tetap saja mereka tidak mau berjanji, akhirnya massa gusar juga. Tak pernah habis semangat ini, apalagi selalu dibakar dengan lagu-agu perjuangan Totalitas Perjuangan, Buruh Tani, Hitam Putih, dan Darah Juang. Taktik dari komando UI pun mulai berhasil kita jalankan ketika akhirnya massa yang banyak berhasil menerobos pintu masuk JCC karena konsentrasi aparat lebih diarahkan ke pintu kiri yang sedang di dobrak oleh barisan kuat mahasiswa laki-laki. Mungkin banyak massa yang masuk terjepit di pinggiran pintu, tapi kesakitan itu kemudian hilang dengan semangat kesatuan dalam borderan massa saat dikumpulkan didalam. Yah, akhirnya kami berhasil masuk kedalam.

Aksi itu menjadi aksi terbesar dalam hidup saya pertama kali, dimana sebelumnya saat mengikuti aksi BBM saya berada dalam barisan akhwat KAMMI yang selalu dijaga dalam borderan, hingga tak pernah menyentuh suatu kerusuhan dibarisan depan. WTA adalah isu yang sejujurnya baru saya ketahui  saat ada panggilan aksi WTA dipertengahan Ramadhan, saat itu saya masih keheranan dengan isu ini, tapi setelah diskusi dan banyak dijelaskan oleh kakak-kakak yang telah mendahului gerakan tobacco control akhirnya saya setuju dan ikut bergabung dalam barisan mereka, saat itu saya mewakili Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid.
 
Mulai saat itu saya berazam untuk menyebarkan semangat itu, semangat untuk menolak kedzoliman yang dilegalkan oleh pemerintah. Semangat yang akhirnya membawa saya menulis tentang Tolak WTA di bulletin Farmasi dan menyemangati teman sekelas untuk ikut andil dalam gerakan aksi Tolak WTA ini. Sulit memang, dimana isu WTA ini hanya besar di sebagian jurusan saja. Kami mahasiswa Farmasi yang sering kali disibukkan dengan laporan praktikum, jarang sekali peduli akan isu ini.  Tapi hari itu saat semangat saya sedang menggebu, saya kumpulkan teman-teman yang memang vocal diangkatan dan dilanjutkan dengan melobby semua dosen yang mengajar hari rabu, menggeser jadwal praktikum dan akhirnya menggerakkan kesadaran kawan-kawan untuk ikut aksi. Juga memasuki kelas-kelas tiap jurusan disetiap angkatan dan diakhiri dengan mengumpulkan massa di auditorium FKIK. Dan pagi itu, dimana orang-orang masih enggan menggerakkan badannya, kami MAHASISWA FKIK UIN siap berangkat menuju JCC dengan membawa 150 massa aksi.

Yah walaupun pada aksi ini didapatkan hasil yang kurang memuaskan, tapi akhirnya kami menyadari bahwa semua ini memang tugas besar kita. Melihat dari keputusan yang disampaikan oleh kak Azhar di depan massa aksi dan juga dituliskan dalam websitenya http://azharnurunala.com/2012/09/tragedi-regina-ketidakjelasan-regulasi-rokok-di-indonesia/ Pihak WTA berjanji untuk tidak mengadakan WTA kembali di Indonesia di 2014 dan selanjutnya, WTA 2012 tidak bisa kita gagalkan karena Mr. Ian Faux mengatakan bahwa“We are legal here, If you wanna protest, Just protest to your government” Yah memang kata-katanya itu benar, kita harus menjadi garda terdepan dalam mengatasi isu ini, hingga presiden SBY mampu menandatangani RPP Tembakau, dan sampai saat itu terjadi kami sebagai MAHASISWA tidak akan diam saja, karena kami akan terus mengawasi dan mendorong agar pemerintah sadar bahwa sudah saatnya kita keluar dari kekangan Industri Rokok. Karena Indonesia tidak BODOH, dan pemuda Indonesia harus bebas dari racun rokok yang mampu menghancurkan penggunanya kurang dari 5 tahun.




 Yusna Fadliyyah Apriyanti, Departemen Kemahasiswaan BEM FKIK 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar