Sabtu, 04 Juli 2009

Mana Islahmu wahai Saudaraku, yang memilki kendaraan B1754CVB

Di Jum’at yang ceria, 3 Juli 2009. Hari itu, aku bersama keluargaku baru saja keluar dari Margocity setelah makan siang di Solaria. Seperti yang anda tahu, depok di siang hari, pasti penuh dengan kendaraan. Saat itu kami sekelurga sedang dalam perjalanan menuju dokter yang akan memeriksaku dan adikku. Dalam suasana ketenangan dalam kemacetan, saat itu kakakku yang mengendarainya sedang ingin mengambil jalur kiri, sebagaimana pengendara biasa, ia tak lupa dengan hal yang sepele namun dapat membawa banyak bencana itu, yaitu menyalakan lampu sen ke kiri, sebagai tanda agar kendaran yang juga sedang memakai jalur tersebut bisa mengerti dan berhenti sebentar. Sesaat setelah memastikan kami berada di jalan aman, kakakku mengambil jalur kiri perlahan, tetapi tiba-tiba dari arah kiri belakang ada mobil yang tetap saja berjalan lurus tak mau berhenti, bahkan seperti hendak melawan arah kami. Sehingga membuat mobilku dan mobilnya terpaksa harus beradu sebentar, walau sebenarnya jika ia termasuk orang yang benar-benar bisa mengendarai mobil, ia bias mengambil jalan yang pintar dengan berhenti sebentar agar tidak menyebabkan baretan lama di mobilku, tetapi hal tersebut tidak ia lakukan. Sehingga, karena emosinya itu dia berhasil membuat baret panjang di mobilku. Saat itu adikku yang duduk di kursi tepat di belakang pengendara kaget, karena dibagian pintunya lah, baret itu dibuat. Kakakku kaget, dan langsung ia ingin menghalangi mobil tersebut, tapi saat ia sedang membuat kelonggaran agar bisa bergerak, mobil itu malah berjalan seperti tak ada apa-apa meninggalkan mobil kami, spontan saja, ayahku yang duduk disebelah kakakku keluar dari mobil dan mengejar mobil tersebut, karena dalam keadaan macet itulah ayahku berkali-kali berhasil memergoki mobilnya dan mengetuk jendelanya untuk meminta pertanggungjawaban atas kelakuannya. Mobil merah Kijang super tahun 90-an yang di dalamnya terdapat dua orang, 1 orang lelaki yang mengendarainya dan 1 orang wanita mengenakan jilbab disebelahnya, nampaknya mereka masih muda, kita tidak bisa mengira-ngira apa hubungan mereka, setelah di ketuk jendelanya, lelaki itu menjawab “Ya pak, saya akan ke pinngir”, mendengar itu ayahku menjadi agak tenang. Tapi, lelaki itu berbohong, dia malah tetap berjalan dan berusaha lari dari kejaran ayahku, melihat hal tersebut, ayahku lari lagi mengejarnya, hingga lampu merah memisahkan kami dan mobilnya lari begitu saja, tanpa ada satupun pengislahan. Sampai sekarang, kami hanya bisa menerka-nerka apa yang mungkin ia rasakan hingga membuat, ia begitu takutnya untuk berhenti dan menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik, apakah itu mobilnya atau mobil orang tuanya, atau malah mobil pinjaman kita tidak tahu. Karena aku tahu, ayahku bukanlah termasuk orang yang senang memperpanjang masalah, ayahku hanya tidak ingin semua pemuda di Indonesia berkelakuan sama seperti dia, lari dari masalah, karena walaupun ayahku telah mengikhlaskan semua yang terugikan, tapi apakah dengan membiarkan hal tersebut terjadi kita bisa menjamin, tidak akan ada lagi pemuda atau pemudi yang berkelakuan sama sepertinya. Maka dari itu, ayahku hanya ingin menghilangkan bibit-bibit dari kehancuran pemuda masa depan, bagi pengemuda mobil Kijang super keluaran tahun 90-an berwarna merah bernomer polisi B1754BVC, sebenarnya cukup bingung juga melihat nomer polisinya, mobil keluaran lama, tapi dengan nomer polisi baru. Kami hanya ingin engkau mengislahkan semua ini, wahai saudaraku, karena semua penyesalan pasti ada di akhir. Untuk seluruh pemuda dan pemudi bangsa, tetaplah menjunjung tinggi perbuatan baik, jangan pernah mengahancurkan satu kepercayaanpun, karena masa depan Indonesia ada di tangan kita sebagai penerusnya. Belajarlah untuk menyelesaikan masalhmu sendiri, bukan menjadi orang pengecut yang lari dari masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar